Bagian 8
Untuk Teman
Bersantai
di kamar sambil baca buku adalah yang sangat mengasikkan bagi pemuda satu ini.
Alunan musik dari sebuah winamp pun memboyong damainya suasana kamar itu. Lampu
di meja itulah yang menjadi saksi.
Ivan
memang gemar membaca, apalagi itu berbau sastra seperti Novel, Cerpen dan
Puisi. Kemudian ia beranjak mendekati Tape yang mengumandangkan lagu.
Telunjuknya pas di tombol power. Mati. Seketika terasa sepi, namun ia kembali
duduk di meja belajar. Lalu ia menjamah
Bagian 7
Pagi Yang Hilang
Ibunya
beberapa kali bertanya selama ini ia di mana..? begitu banyak telpon yang masuk
banyak sekali bertanya tentang Ivan yang menghilang begitu saja.
“Aku pengen ngilangin
setres Bu, refreshing....” ucapnya sambil memakai handuk, hendak mandi
sepertinya.
Sang
ibu hanya senyum.
Bagian 6
Camping
Terang-benerang
malam itu. Di samping bulan yang membundar seperti bola ditambah kerlap-kerlip
bintang. Angin yang datangpun terlalu bersahabat meski membawa dingin namun
menyimpan keromantisan tersendiri. Kebisingan kota sangat jauh, polusi udara
juga terjaga.
Memang
suasana gunung seperti ini pasti didambakan banyak remaja. Begitu pula ketiga
remaja yang sekarang ini sedang menyusun kayu untuk dibakar sebagai penghangat
badan sekaligus sebagai alat untuk merebus air. Dino,
”Van,
ambil kopi di ransel gua.” Sambil ia berusaha menyalakan korek api. Ivan dengan
kegelapan meraba-raba tas yang tadi terimpan manis dipojok
Oleh: Mulyadi Saputra (Moel)
Bagian 5
Cinta Vs Dusta
Janji muluk Ivan sangat di dengarkan oleh Heni. Seperti
tidak tahu gombalan cowok saja. Padahal permintaan-permintaannya sangat jarang
sekali di kabulkan oleh Ivan. Jalan-jalan, nongkrong di kafee sampai minta
antar ke suatu tempatpun selalu tak pernah dituruti Ivan. Alasan
bermacam-macampun terkeluar darinya. Heni sepertinya sangat waspada sekali
dengan kalau pacarnya akan berubah dalam waktu yang sebentar. Seperti yang
diungkapkan salah seorang tokoh “Bila kita memperoleh sesuatu dengan mudah
maka, akan mudah pula hilang dari kita.”
Sama
halnya Heni mendapatkan Ivan. Sangatlah mudah, sekali saja ia dekat dengan Ivan
dengan menjual bagaimana kemolekan tubuh dan lentik jarinya, hati Ivan dengan
mudah terkobar dan menyambar seperti petir.
Sesal
Heni tidak terkira saat ia merasakan kebohongan dari orang yang sangat ia
Oleh: Mulyadi Saputra (Moel)
Malam yang cerah telah berlalu dengan
gesit. Gemerlap bintang telah sirna tertumbur oleh sorot matahari yang begitu
tajam melesat menembus celah-celah bumi. Bayang-bayangpun terlihat jelas
kembali. Datang dan pergi sepertinya hal yang tak asing begitu kita merasakan
antara malam dan siang. Aktivitas mulai berjalan, begitulah perputaran yang
sebenarnya. Takluput bagi sekelompok maha siswa seperti Ivan dan semuanya.
Suara mobil yang meraung-raung terdengar dari dalam
garasinya.
From : Sari 06:12:28
Mat pagi Van....
Udh Bgn blm..?
Kuliah nggk hri ini.
Muach...
Sambutan pagi telah menyapa. Begitu bahagia
membacanya, apa lagi orang yang sedang dilanda badai cinta seperti
Oleh: Mulyadi Saputra (Moel)
Bagian 3
Oleh-Oleh Jakarta
Fashion Show, itu adalah bagian dari
kehidupan model. Tidak aneh kalau mereka terus menjalani provesi yang tidak
begitu membuat capek itu. Lampu gemerlapan adalah dunianya. Sepertinya
pengunjung pada acara kali ini sudah mulai berdatangan. Ivan merasakan seperti gugup, ia seperti tidak
pernah saja diperlihatkan pada banyak orang seperti ini.
Mereka berkumpul diruang tunggu bersama
model-model yang lain dari Bandung maupun dari Jakarta sendiri. Ia terus
melirik seorang perempuan asal Jakarta yang duduk bersama ketiga teman
modelnya. Lumayan centik, dengan hidung mancung mata sedikit liar, perawakan
langsing, tinggi semampai dan rambutnya lurus, mengusung Ivan untuk terus
memperhatikannya.
”Rada
mirip Debi