Saturday, February 9, 2013

Cerbung: Perempuan Setengah Hati 4

Oleh: Mulyadi Saputra (Moel)

Bagian 4
Jangan Main Api
Malam yang cerah telah berlalu dengan gesit. Gemerlap bintang telah sirna tertumbur oleh sorot matahari yang begitu tajam melesat menembus celah-celah bumi. Bayang-bayangpun terlihat jelas kembali. Datang dan pergi sepertinya hal yang tak asing begitu kita merasakan antara malam dan siang. Aktivitas mulai berjalan, begitulah perputaran yang sebenarnya. Takluput bagi sekelompok maha siswa seperti Ivan dan semuanya.
Suara mobil yang meraung-raung terdengar dari dalam garasinya.

From :    Sari          06:12:28
     Mat pagi Van....
     Udh Bgn blm..?
     Kuliah nggk hri ini.
     Muach...

Sambutan pagi telah menyapa. Begitu bahagia membacanya, apa lagi orang yang sedang dilanda badai cinta seperti
Ivan. Tanpa pikir panjang ia langsung menjawabnya dengan penuh gairah.
            Setelah sarapan ia langsung menuju kampus. Sambil menjinjing tas di pundak disertai kaca mata berwarna hitam untuk menutup deras angin saat mengendara Motor. Ia membuka jok motornya untuk mengambil sarung tangan supaya tidak keras kulit telapak tangannya. 
            Sampai kampus ia langsung mengabarkan atas keberhasilannya mendapatkan gadis Jakarta. Mereka tertawa cekikikan setelah Gugun juga menceritakan bagaimana Mbak Popy yang naksir sama Ivan.
            ”Ntar gua deketin dia, terus gua keruk tu duitnya.” Jiwa nakal Ivan sepertinya mulai keluar saat itu. Namun Gugun juga ikut tertawa, pada hal Gugun adalah tipe cowok yang tak pernah mau melakukan perbuatan seperti itu. Namun dikalangan dunia model itu sudah tidak asing lagi.
            Getar ponselnya membuat ia segra beranjak untuk melihat SMS yang masuk.
            ”Pasti dari Sari.” Anto dengan tertawa mengatakannya. Teman-teman yang disamping juga dengan serentak memandang. Ternyata apa yang dikatakan Anto salah. SMS itu datang dari Mbak Popy yang mengajak ketemu nanti malam disebuah kafe di kawasan Dago. Tanpa basa-basi ia menyetujui ajakan itu. Namun ia diam saja meski apa yang di bilang Anto salah. Padahal Syerli lebih dulu menyuruhnya datang kerumah, sepertinya Syerli telah kalah saing dengan Mbak Popy seorang janda kaya dan juga design terkenal itu.
            Sedikit gerimis malam itu. Ia sibuk menstarter mobil andalannya untuk menuju tempat yang telah dijanjikan tadi siang.
            ”Mau kemana gerimis-gerimis gini..? Entar sakit lho..” sang Ibu menahan dengan penuh perhatian dan kasih sayang itu.
            ”Ada urusan penting Bu.” jawabnya. Diteruskan dengan injakan gas mobil untuk segra meluncur. Sang Ibu mendekat di samping mobilnya, lalu ia membuka kaca mobil.
            ”Hati-hati.” pesan Ibunya. ”Ia Bu.” Sembari bersalaman dan mencium tangan Ibunya.
            Terlihat di kursi nomor dua pojok seorang wanita dengan baju pesta telah duduk manis bertemankan segelas minuman.
            “Malam Mbak.” Sapa Ivan disusul ucapan berikutnya,
            ”Udah lama nunggunya..? sori ya... telat.” pinta Ivan sambil mengepaskan bokong di kursi yang berhadapan.
            ”Nggak pa-pa lagi. Lagian belum lama kok.” dengan manja Mbak Popy menatapnya. Obrolan mereka terlihat serius meski bercampur dengan ketawa-ketiwi. Waktu terus berlalu meski grimispun berangsur reda. Namun keasikan mereka tidak seperti hujan, mereka bertambah lebat saja jika itu hujan alias makin seru obrolannya. Dentingan musik terus mengalun dengan tembang-tembang yang romantis. Tak lama dari itu pula terdengar suara ajakan untuk berdansa dari mulut Mbak Popy,
            ”Van, kita dansa yuk.?” Ivan sepertiya sangat enggan untuk menurutinya. Mungkin ia malu atau ia tidak bisa berdansa. Namun ajakan itu berulang-ulang kali terdengar, meski Ivan terus menolak. Alasan demi alasanpun tak mampu untuk mengelabui ajakan si wanita genit itu. Dengan sangat terpaksa Ivan kemudian menuruti tapi dengan satu janji, ”Sebentar”. Begitu gembira Mbak Popy mendengarnya. Kalau ia adalah urusan penting seperti dia bilang dengan Ibunya, inilah puncak kepentingan itu......
*****
            Kesunyian kini menerpa Ivan setelah pulang dari kencannya. Begitu hancur kehidupannya sekarang ini. Bukan hanya Bliz kamera saja yang menyilaukan matanya, sepertinya uang juga sanggup menyilaukan. Begitulah harapannya mendekati Mbak Popy. Ivan mungkin masih bisa dikatakan biasa-biasa saja karna hubungannya masih lain jenis. Teman-teman Ivan yang seprovesi dengannya banyak sekali yang telah salah menggunakan ketampanannya. Mereka malah banyak yang menjualnya dengan kaum laki-laki pula alias kaum Gay. Materi.....Materi ... sepertinya itu yang selalu dikejar oleh orang.
            Oleh karena itu dunia model selalu dipandang sebelah mata oleh para masyarakat awam. Kaum wanitanya juga tidak jauh berbeda dengan kredibilitas Ivan sekarang ini.
            Terbaring sejenak ia memikirkan perbuatannya yang sangat akan membuat malu sendiri dan keluarganya. Ia juga teringat pesan Ayah. Kemudian ia membaca SMS dari Sari yang menyuruhnya ke Jakarta. Paling-paling juga rindu. Sebelumnya Ivan berencana kalau hari sabtu ini ia akan ke sana namun belum positif, tetapi setelah mendengar ada suruhan itu ia langsung membulatkan nekad. Disamping untuk menghindari Mbak Popy.
            Ivan nyesal mendekati Mbak Popy karena akan menimbulkan efek yang sangat buruk sekali bagi kehidupannya sekarang dan natinya. Itu juga setelah ia mendengarkan dari beberapa sobat baiknya.
****
            Gemerlap dunia Jakarta sepertinya telah menyapanya. Mereka melepas rindu disebuah taman di halaman rumah Sari. Mereka berdua terhanyut dengan desusan angin malam. Ciuman yang menempel tepat di pipi Ivan membangkitkan gairahnya untuk segra mencumbu bidadari yang sedang terbuka hatinya untuk ia belai dengan lembut. Lumatan bibir berkali-kali ia ulangi. Sepertinya Sari juga sangat memaknai pertemuan kali ini, begitu pula Ivan yang jauh dari Bandung. Sari juga menyuguhi tamu istimewa itu dengan hidangan istimewa pula.
            ”Van, I love you” bisik Sari di telinga Ivan saat terlepas dari bibirnya. Dengan senyum manis ia juga menjawab,
            ”I love you to” sembari mengecup keningnya. Begitu bahagia pasangan yang duduk disebuah batu dengan cahaya yang langsung dari sinar bulan meski tidak bulat. Mereka berpelukan erat seperti film telenovella, begitu romantis sekali.
            Malam pun terus berlalu dan mereka berpisah kembali untuk sesaat. Esok mereka berdua akan jalan untuk menyusuri indahnya kota Metropolitan.
            Hampir disetiap malam hari sabtu Ivan pergi ke Jakarta untuk menemui sang kekasih tercita. Selain itu ia masih takut dengan Mbak Popy. Yang selalu menanyakan,
            “Van, kamu malam minggu ini kemana….?” seperti menghatui otaknya. Namun di kampus Ivan juga mempunyai pacar. Sekedar iseng. Hanya untuk mewarnai kehidupan kampus saja. Tapi sepertinya itu tidak berjalan lama sebab sanga ceweklah yang naksir berat dengannya. Namanya Heni. Sungguh malang nasib Heni yang dipermainkan oleh Buaya seperti Ivan.
**BERSAMBUNG**

No comments:

S i n o p s i s Novel: Mencari Aku Waktu Dan Rahasia Dunia

Mencari Aku, Waktu, dan Rahasia Dunia adalah judul dari novel ini. Novel ini menceritakan tentang seorang anak muda dalam proses pencarian. Tokoh utamanya adalah ‘Aku’ dengan nama Fajruddin Saleh bin Tjik Saleh dengan karakter pemuda yang idealis dan memiliki seorang kekasih yang berbeda kepercayaan (ia memanggil kekasihnya itu si Manis, nama aslinya Resita Maulia). Tokoh utama adalah seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik di salah satu universitas di Bandung yang sedang bercerita tentang bagaimana jika ia telah memperoleh gelar sarjana nanti. Ia sedang menjawab sebuah pertanyaan dari temannya (Ivan), di sebuah Pantai Kuta Bali. Novel ini banyak menggunakan pengibaratan, ini kutipan paragraph di dalamnya: Sekarang siang sudah terbentang seperti bioskop yang baru selesai filmnya. Byar...! nyala lampunya. Terang jadinya. Sedangkan orang yang sedang bercumbu langsung berusaha bertingkah seperti orang baru pulang dari masjid, kaki-tangannya langsung kembali kehabitatnya dan buru-buru mengancing segala kancing, celana juga baju. Merapikan rambut yang sama-sama kusut, tak jelas penyebabnya. Mengelap seluruh bagian tubuh yang basah, tak tahulah kalau bagian lain yang basah, di elap atau dibiarkan. Hussss... adegan kegelapan sudah usai! Mirip sekali perbuatan itu dengan penumpang dalam bus ini, ada yang mengusap air liur yang meleleh dibibir, ada yang memoles-moles mata belekan, dan merapi-rapikan rambut yang kusut dan baju yang semerawut, dikancingnya kembali. Masa tidur telah usai. Mau tahu kenapa? Sebab banyak orang menggunakan kegelapan sebagai ajang aji mumpung! Mumpung orang tidak tahu. Mumpung orang tak ada yang lihat, saya boleh melakukan apa saja, dll, dan dll. Maka terjadilah....adegan setiap kegelapan datang. Tokoh utama akan pulang kampung bila telah selesai kuliah nanti karena tak mampu untuk terus menyandang status pengangguran. Nah, dalam perjalanan pulang itu ia memperoleh banyak pengalaman dari seorang fotografer, seorang wanita yang sudah berkeluarga, keluarga perantauan dan seorang petualang. Pada setiap pertemuan ia selalu ngobrol dan bercerita. Jadi novel ini mengisahkan bercerita lalu dalam cerita itu ada lagi cerita. Jidi, novel ini sengaja ditulis dengan penuh canda, kata-kata yang lucu dan terkadang terdengar norak dan canggung di telinga. Sebab saya ingin menghibur, agar setiap pembaca dapat tertawa di samping keseriausannya mengolah semua pesan yang tersirat dalam isi novel. Bukan hanya itu saja isinya, tokoh utama juga meneruskan ceritanya dengan Ivan dengan lamunan. Dalam lamunan tokoh utama ia setelah di kampung halaman, ia mendirikan sekolah gratis untuk buta huruf. Dan sampai ia bekerja di sebuah instansi pemerintahan, kemudian ia kembali lagi ke Bandung untuk mencari impiannya. Ending dari novel ini sengaja saya buat menggantung, agar pembaca yang meneruskan kisahnya… Pesan yang ingin saya sampaikan dalam novel ini yaitu:  Sebuah kisah perjalanan. Disana saya ingin sekali menggambarkan bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan dan penuh pencarian. Pencarian didunia ini tak lain adalah pencarian kepuasan. Sebab, kepuasan adalah tingkat teratas dari semua level pencarian. Adakah seseorang memperoleh kepuasan? (sudah punya motor ingin mobil, punya istri satu pingin dua dan sebagainya), dan disetiap pencarian tak luput dari sebuah perjalanan baik itu perjalanan sebenarnya atau hanya perjalanan pikiran.  Saya juga ingin menyoroti masalah lapangan pekerjaan dan pengangguran di Negara kita yang tercinta ini. Ada satu anekdot “Yang ahli dan bahkan sarjana saja pengangguran apa lagi tidak sekolah dan tak ahli” lapangan pekerjaan di Indonesia memangsungguh sulit. Dan bahkan tingkat pengangguran semakin hari semakin mertambah.  Pendidikan gratis buta huruf. Saya ingin menyinggung tentang pemerataan pendidikan di Indonesia. Sebab banyak daerah terpencil di Indonesia masih belum tahu huruf alias buta huruf. Contoh di wilayah Papua berapa persen orang yang dapat membaca dan menulis?, lalu di wilayah Jambi ada yang dinamakan Suku Anak Dalam (Kubu), nah suku ini bisa dikatakan, orang yang tak terjamah oleh huruf. Masih banyak sekali penduduk Indonesia yang tak dapat membaca dan menulis sebenarnya.  Tokoh utama kembali lagi kekampung dan setelah itu kembali lagi ke Bandung. Itu adalah pesan yang sangat dasar, bahwasanya kehidupan adalah sebuah siklus waktu. Dimana ada kelahiran ada pula kematian, dimana ada kejayaan juga ada keterpurukan.