Bagian 14
Kontrak
Bajunya lusuh dan kusam, duduk di sebuah
trotoar jalan. Itulah yang ia pandang sore itu setelah pulang dari rumah Yadi.
Tak difikirkan sama sekali, ia langsung saja menyelip dua motor di depannya.
Saat di perjalanan ponselnya bergetar-getar. Entah dari siapa, tak juga
diangkatnya. Setelah sampai dirumah baru ia lihat.
“Dua panggilan tak terjawab dari Mas
Dodi”. Gumamnya pelan. “Gua harus telpon dia kayak penting,” Tombol-tombol di telphon
genggam, itulah sasarannya.