Saturday, March 16, 2013

Cerbung : Perempuan Setengah Hati 14

Oleh: Mulyadi Saputra (Moel)
Bagian 14
Kontrak
Bajunya lusuh dan kusam, duduk di sebuah trotoar jalan. Itulah yang ia pandang sore itu setelah pulang dari rumah Yadi. Tak difikirkan sama sekali, ia langsung saja menyelip dua motor di depannya. Saat di perjalanan ponselnya bergetar-getar. Entah dari siapa, tak juga diangkatnya. Setelah sampai dirumah baru ia lihat.
“Dua panggilan tak terjawab dari Mas Dodi”. Gumamnya pelan. “Gua harus telpon dia kayak penting,” Tombol-tombol di telphon genggam, itulah sasarannya.

“Halo...Mas Dodi apa kabar...?” suaranya sangat semangat sekali. “Ada apa Mas tadi kok mis kol- mis kol. Tapi, gua lagi di jalan jadi nggak sempet ngangkat.” Tanpa ada waktu senggang untuk memberi peluang bicara pada Mas Dodi.
“Gini Van, kamu jadi kan ..? yang saya bilang kemarin...?” pelan Mas Dodi jelaskan.
“Iya...Mas jadi...! emang kenapa gitu Mas..?”
“Cuma ngasih tahu aja kalau besok siang acaranya,” terlihat serius mukanya mendengar kata demi kata dari Mas Dodi.
“Oh....Gitu,....Ya udah Mas ya...Da..da...!”
“Yuuuk...”  Ia menekan salah satu tombol lagi untuk menghentikan pembicaraan mereka. Langsung ia masuk ke kamar.
“Kak...Kak Ivan.. bantu aku dong kerjain PR...” Resti adiknya sedikit centil tapi manis dan baik.
“Entar,...Mau mandi dulu...” Ivan membanting pintu kamarnya.
“Janji ya....” seru Resti gembira. Soalnya ia susah sekali bertemu dengannya.
Gugun siap-siap mau pergi ke rumah Ivan ia mau mengerjakan tugas kuliahnya. Besok harus dikumpulkan. Dengan sarung tangan dan helm menutup kepalanya ia langsung meluncur deras menembus sel-sel angin yang terbentang diseluruh alam. Benturan-benturan angin dinginpun bukan lagi halangan baginya untuk sampai di rumah Ivan secepat mungkin.
Setiap kali lampu merah ia berhenti dan kembali menekan gasnya jika lampu telah mulai berwarna kuning dan kemudian hijau. Jaketnya melambai-lambai bagaikan sayap malaikat yang sedang terbang mengontrol semua kegiatan manusia di bumi. Tak hayal hanya setengah jam ia sampai di rumah Ivan.
Tangannya langsung menekan Bell yang tersedia diatas kiri pintu. Buru-buru Adiknya membukakan pintu setelah diperintah oleh Ivan.
“Mau kesiapa Mas...?” tanya adiknya tenang.
“Ivan ada...?” tatapan langsung kearah kamar Ivan yang terlihat dari luar terang.
“Ada tapi, ...dia sedang ngerjain PR aku...” ucapnya lugu dan jujur sekali. Ia sepertinya sangat takut sekali kalau PR yang dikasih oleh Bu guru tak terselesaikan.
“Siapa....?” teriak Ivan dari kamar.
“Temen Kakak.” Sahut Resti keras.
“Suruh masuk...” kemudian Adiknya mempersilahkan Gugun masuk dan duduk di sofa.
“Tunggu sebentar ya bang...mau minum apa...?” Adiknya bersikap sopan sekali. Tidak seperti biasa, bila menerima tamu-tamu Kakaknya.
“Apa aja deh...!” jawab Gugun sambil meletakkan pantatnya pelan-pelan di atas Sofa warna  cream. Empuk sekali.
“Eh ...elo Gun...Tumben Nih bisa nyampek sini...?” tawa wereka berdua mengumbar diseluruh sela-sela rumah sampai kesudut-sudut ruangan sekalipun.
“Gua belum ngerjain tugas Bro’, elo udah belum...?” tegang sekali wajah Gugun saat itu.
“Udah lah....gua rajin, jadi lo mau minta failnya ..nih...?” tersenyum-senyum Gugun atas tebakan Ivan yang tak meleset sedikit pun.
“Tadinya sih mau ngerjain bareng-bareng tapi, kalau elo udah gua ngopi aja. Biar nanti gua edit.”
“Yuk kita ke kamar aja...” ajak Ivan sambil mengangkat minuman yang di buatkan oleh adiknya tadi.
“Kak...udah selesai belum PRku...?”
“Udah..Udah. ambil tu di meja...” sambil menuju kamar yang terpenuhi oleh poster-poster.
“Kamar lo kacau gini Van.” Caci Gugun melihat kotor dan penuh sekar asli dari rokoknya setiap hari. Gugun adalah cowok rajin dan pembersih sangat heran kalau dunia Ivan yang modis ternyata jorok.
“Ah..biasa cowok ..” jawabnya santai tanpa ada rasa malu. Mereka terus ngobrol dan Gugun terbiasa curhat dengannya sejak dulu. Sampai jam 11 mereka masih bercakap-cakap.
“Tidur sini aja Gun...” Ivan menawari. Namun Gugun terlihat memikirkan atas tawaran Ivan itu. “Udah malem. Ngapain juga, istri juga belum punya.” Tambah Ivan meledek. Gugun tersenyum-senyum seperti setuju.
****
Sinar matahari siang telah tepecah-pecah dan terpantul menembus kamarnya yang berhadapan pas dengan arah terbitnya. Gugun terbangun dan langsung menuju kamar mandi namun Ivan masih begitu nyenyak tidurnya. Tadi malam ia didepan layar LCDnya sampai jam tiga sedangkan Gugun tak sanggup mengikuti mata Ivan.
Setelah Gugun keluar dari kamar mandi tangannya basah dan ia menciprat-cipratkan kemuka Ivan. Ia terbangun dengan muka kusut dan mata yang merah.
“Jam berapa Gun...?” tanya Ivan malas.
“Jam sembilan.” Dengan singkat gugun menjawab. “kuliah nggak lo...? jam sepuluh masuk Van...” teruskan Gugun seraya memberi tahu alias mengingatkan. Ivan pun langsung bangkit dan menarik handuk.
“Elo nggak mandi Gun..” Gugun tetap di depan cermin memperhatikan mukanya sendiri. Ia seakan-akan bosan melihat dirinya sendiri.
“Entar ah....” kemudian ia memakai bajunya yang tersampir di atas tumpukan baju Ivan lainnya. Ia langsung menyalakan musik dari winamp. Tidak keras namun jelas itu lagu ROLLING STONES bait-bait lagunya seperti ini,
................
As I sit by the fire
Of your warm desire
I've got the blues for you, yeah

Every night you've been away
I've sat down and I have prayed
That you're safe in the arms of a guy
Who will bring you alive
Won't drag you down with abuse
……………

Lagu ini pernah mengingatkan Gugun saat ia berada dirumah Pacarnya mau putus. Dari kamar kakak pacarnya terdengat lagu ini.
“Elo dapet undangan show hari ini nggak Gun...?” sambil mengeringkan rambutnya yang baru saja di kramas.
“Dari Mas Dodi kan..?” Ivan mengangguk-anggukkan kepala. “Dapet.” Gugun duduk di Kasur sambil memegan sebuah novel debutan.
****
Setelah pulang kuliah ia langsung pulang ke rumah dan menyusun peralatan untuk show nanti malam. Begitu sibuk ia mempersiapkan semuanya, biasanya ia kerjakan semuanya malam sebelum acara namun tadi malam ia lupa karena ada gugun dan ia juga sangat asik dengan laptopnya. Sangat beda sekali minggu terakhir ini, ia menjadi begitu mencintai Laptop. Setiap waktu luangnya ia curahkan terhadap laptop alias Note Book.
“Ah ada yang ketinggalan lagi.” Setelah ia sampai di pintu.
Sesampainya di lokasi, di sana Cuma dia yang ditunggu, semuanya telah duduk manis di depan cermin. Begitu ia datang semua tercengang melihat tampangnya yang berantakan.
“Elo udah mandi apa belom...?” ledek Gugun.
“Brengsek lo..emang gua kambing.” Ia duduk di dekat Dian dan teman-temannya di kursi hias.
“Cepetan keruang ganti acara sebentar lagi di mulai.” Kata Ronal sebagai make up hari itu.
Show telah dimulai dengan lenggokan dan cara mereka saat parade,  catwolk, pouse, saat melakukan steep. Sangat indah sekali. Tepuk tangan mengiringi mereka kilat bliz kamera juga menjadi suguhan mereka. Para designer terus menyeleksi dan melirik kanan kiri dari mereka yang terjejer di pentas. Mereka orang-orang yang cocok untuk menjadi model mereka setelah mereka mempunyai rancangan-rancangan baru. Tidak hanya designer saja namun para lelaki pengusaha yang masih mencari pasangan hidup juga lirik sana lirik sini. Cewek-cewek ABG yang teriak-teriak tak karuan juga membuat semakin semangat saat berpouse.
Setelah selesai acara mereka langsung menuju keruang ganti. Cewek-cewek begitu ribut. Ivan menelusup masuk dan keluar dengan hati-hati. Tiba-tiba Tante Rine memanggilnya kencang
“Van, sini dulu....!” Ivan terputar kepalanya mencari arah dan asal muasal suara panggilan namanya itu.
“Iya..ada apa tante...?” berbalik ia menuju ke sana.
“Gini kami sedang mencari model untuk kafer majalah, kamu bisa kan...?” dengan sopan sekali ia berkata.
“Oh bisa...bisa...” ujar Ivan berkali-kali.  “kapan pemotretannya Tante...?” tanyanya kembali seperti mengharapkan.
“Nanti kita atur. Kita bicara di ruangan sana aja. Disini bising banget,” Berjalan beriringan seperti anak dan Ibu. “Disana pihak majalahnya udah nungguin. Kalau cocok kita langsung tanda tangan kontrak.” Perjelas kembali ucapan-ucapannya yang tadi terlihat semrawut.
Di sana duduk seorang perempuan seumuran Tante Rine.
“Kenalin ini Ivan.” Tante Rine memberitahukan kepada Tante Jesca sedang duduk tersipu. Anggun sekali. Ivan terlihat kikuk di depan perempuan itu.
“Oke...saya setuju,” Dan diteruskan dengan perjanjian dan kesepakatan kontrak yang menjadi acuan atau landasan atas kerjasama mereka nanti.
**BERSAMBUNG**

No comments:

S i n o p s i s Novel: Mencari Aku Waktu Dan Rahasia Dunia

Mencari Aku, Waktu, dan Rahasia Dunia adalah judul dari novel ini. Novel ini menceritakan tentang seorang anak muda dalam proses pencarian. Tokoh utamanya adalah ‘Aku’ dengan nama Fajruddin Saleh bin Tjik Saleh dengan karakter pemuda yang idealis dan memiliki seorang kekasih yang berbeda kepercayaan (ia memanggil kekasihnya itu si Manis, nama aslinya Resita Maulia). Tokoh utama adalah seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik di salah satu universitas di Bandung yang sedang bercerita tentang bagaimana jika ia telah memperoleh gelar sarjana nanti. Ia sedang menjawab sebuah pertanyaan dari temannya (Ivan), di sebuah Pantai Kuta Bali. Novel ini banyak menggunakan pengibaratan, ini kutipan paragraph di dalamnya: Sekarang siang sudah terbentang seperti bioskop yang baru selesai filmnya. Byar...! nyala lampunya. Terang jadinya. Sedangkan orang yang sedang bercumbu langsung berusaha bertingkah seperti orang baru pulang dari masjid, kaki-tangannya langsung kembali kehabitatnya dan buru-buru mengancing segala kancing, celana juga baju. Merapikan rambut yang sama-sama kusut, tak jelas penyebabnya. Mengelap seluruh bagian tubuh yang basah, tak tahulah kalau bagian lain yang basah, di elap atau dibiarkan. Hussss... adegan kegelapan sudah usai! Mirip sekali perbuatan itu dengan penumpang dalam bus ini, ada yang mengusap air liur yang meleleh dibibir, ada yang memoles-moles mata belekan, dan merapi-rapikan rambut yang kusut dan baju yang semerawut, dikancingnya kembali. Masa tidur telah usai. Mau tahu kenapa? Sebab banyak orang menggunakan kegelapan sebagai ajang aji mumpung! Mumpung orang tidak tahu. Mumpung orang tak ada yang lihat, saya boleh melakukan apa saja, dll, dan dll. Maka terjadilah....adegan setiap kegelapan datang. Tokoh utama akan pulang kampung bila telah selesai kuliah nanti karena tak mampu untuk terus menyandang status pengangguran. Nah, dalam perjalanan pulang itu ia memperoleh banyak pengalaman dari seorang fotografer, seorang wanita yang sudah berkeluarga, keluarga perantauan dan seorang petualang. Pada setiap pertemuan ia selalu ngobrol dan bercerita. Jadi novel ini mengisahkan bercerita lalu dalam cerita itu ada lagi cerita. Jidi, novel ini sengaja ditulis dengan penuh canda, kata-kata yang lucu dan terkadang terdengar norak dan canggung di telinga. Sebab saya ingin menghibur, agar setiap pembaca dapat tertawa di samping keseriausannya mengolah semua pesan yang tersirat dalam isi novel. Bukan hanya itu saja isinya, tokoh utama juga meneruskan ceritanya dengan Ivan dengan lamunan. Dalam lamunan tokoh utama ia setelah di kampung halaman, ia mendirikan sekolah gratis untuk buta huruf. Dan sampai ia bekerja di sebuah instansi pemerintahan, kemudian ia kembali lagi ke Bandung untuk mencari impiannya. Ending dari novel ini sengaja saya buat menggantung, agar pembaca yang meneruskan kisahnya… Pesan yang ingin saya sampaikan dalam novel ini yaitu:  Sebuah kisah perjalanan. Disana saya ingin sekali menggambarkan bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan dan penuh pencarian. Pencarian didunia ini tak lain adalah pencarian kepuasan. Sebab, kepuasan adalah tingkat teratas dari semua level pencarian. Adakah seseorang memperoleh kepuasan? (sudah punya motor ingin mobil, punya istri satu pingin dua dan sebagainya), dan disetiap pencarian tak luput dari sebuah perjalanan baik itu perjalanan sebenarnya atau hanya perjalanan pikiran.  Saya juga ingin menyoroti masalah lapangan pekerjaan dan pengangguran di Negara kita yang tercinta ini. Ada satu anekdot “Yang ahli dan bahkan sarjana saja pengangguran apa lagi tidak sekolah dan tak ahli” lapangan pekerjaan di Indonesia memangsungguh sulit. Dan bahkan tingkat pengangguran semakin hari semakin mertambah.  Pendidikan gratis buta huruf. Saya ingin menyinggung tentang pemerataan pendidikan di Indonesia. Sebab banyak daerah terpencil di Indonesia masih belum tahu huruf alias buta huruf. Contoh di wilayah Papua berapa persen orang yang dapat membaca dan menulis?, lalu di wilayah Jambi ada yang dinamakan Suku Anak Dalam (Kubu), nah suku ini bisa dikatakan, orang yang tak terjamah oleh huruf. Masih banyak sekali penduduk Indonesia yang tak dapat membaca dan menulis sebenarnya.  Tokoh utama kembali lagi kekampung dan setelah itu kembali lagi ke Bandung. Itu adalah pesan yang sangat dasar, bahwasanya kehidupan adalah sebuah siklus waktu. Dimana ada kelahiran ada pula kematian, dimana ada kejayaan juga ada keterpurukan.