Thursday, March 14, 2013

Cerbung : Perempuan Setengah Hati 13

Oleh: Mulyadi Saputra (Moel)



Bagian 13
Biarkan Memilih

“Van, tolongin Ibu…” pinta Ibu saat keluar dari mobil membawa banyak belanja. Sudah terbiasa bila awal bulan mereka selalu belanja untuk persediaan. Ivan tak langsung merespon. Ia masih termangu dengan laptop dan buku catatan kecil yang selalu ia bawa kemanapun.
“Ivan,…” seru kembali ibunya.
“Iya Bu…” sambil lari ia memakai kaos oblong warna putih dengan tulisan di punggungnya “COOL!!”.

“Tolong bawain yang di dalam sangkek di jok belakang,” Tunjuk Ibu berusaha memberi tahu. Kemudian ia berjalan masuk beriringan. Jinjingannya kanan-kiri sekitar 25 kg.
Ia kembali ke kamar meneruskan beberapa  ketikannya tadi.  Ia teringat Emma, Debi, Sari, Heni dan pacar-pacarnya dulu. Sepertinya inspirasi dari berbagai cerita dan puisinya.  Seketika pula ia ingat perkataan Yadi yang pedih “Aku suka kalau ternyata bekasku masih ada yang mau,” muak sekali ia dengan kata-kata itu.
Setidaknya ia akan tahu kalau ternyata dunianya kini telah diketahui oleh banyak teman dan sahabatnya. Ia juga ingat kalau profesi modelnya itu hanya sementara, jika ia nanti sudah melampaui batas umur maka ia takkan mendapat kontrak atau job lagi. Begitu pula kisah asmaranya.

From : Mas Dodi    17:36:04    
     Van, ada Job mau ga..? tgl 19 mggu dpn.
     Loncing produk. Bls skrng

Tersenyum manis ia membaca SMS dari mantan manajernya dulu. Ia sangat baik sekali namun ia sedikit kewanita-wanitaan. Dari sikap, gaya jalan dan kesukaan.

            To   :Mas Dodi     17:40:16
     Boleh....Gw lg nyantai. Atur aja.

     ”Sent”
Beberapa minggu terakhir ini ia sangat luang sekali. Jobnya sangat sepi dan adapun ia sering menolak karena bentrok dengan kuliah. Ia rajin kuliah baginya semua itu hanya sampingan dan yang paling utama kuliah kecuali itu mendukung repotasinya nanti. Ia sering mengatakan pada teman-temanya “Kuliah itu nomor satu, kalau yang lain itu hanya sebagai pengisi waktu luang.”
****
            Beberapa hari ia tidak pernah jumpa dengan Emma. Ia sibuk dan Ivan pun sering bercumbu pada laptopnya. Ia ingin buktikan apa yang dikatakan seseorang saat diskusi. Malam ini ia ada janji dengan anak-anak di tempat biasa nongkrong. Mereka ingin kumpul bareng.
            Yadi menemui Emma sepertinya mereka masih saling cinta hanya kegoisan yang membuat mereka seperti itu. Mereka saling menyudutkan satu sama lain, tak hanya Yadi.
            “Gua sayang banget ma elo, tapi ngapain lo begitu tega nyakitin perasaan gua dengan cara lo yang seperti itu.” Ucapannya begitu lemah. Emma hanya bisa menangis dan tak sanggup ia memberi alasan apapun. Ia juga sangat sayang. Namun ia juga sakit hati karena ia diputuskan tanpa alasan yang jelas.
            “Yad, coba kamu pikir. kamu putusin aku tak jelas alasannya. Aku tak pernah buat kamu sakit hati atau aku selingkuh. Aku berbuat seperti ini, hanya ingin kamu sadar. Aku juga begitu sayang dengan kamu.” Mereka semua luluh seketika dan mereka kembali terlarut. Namun setatus mereka tak jelas.Ivan sedang minum Bir disebuah kafe dengan teman-temannya. Ia juga kesal dengan dirinya sendiri.
            Sungguh menakjubkan. Yadi adalah cowok yang sangat pantang diduakan namun kini terlihat beda sekali. Emma kekasih Ivan juga kekasihnya yang tak jelas hubungan mereka. Namun Ivan sendiri tak mengetahui persis. Namun ia terus jalan dengan Heni, Heni sebenarnya perempuan yang tabah dengan perbuatan Ivan yang semaunya. Beberapa kali ia telah diledek dan disakiti laki-laki buaya itu.
            “Van, kamu bisa nggak hanya mencintai aku.” Itulah harapan Heni selama ia berhubungan dengan Ivan. Ia hanya pelampiasan kegelisahan Ivan. Tak hayal jika Heni juga berusaha untuk mencari cowok yang lebih bisa menghargainya. Ia terlalu mencintai Ivan.
            Sabtu malam ia jalan-jalan dengan Heni utuk mengintari kota dan sebagai pengisi weekendnya. Ia sengaja tidak jalan dengan Emma karena dia yang meminta. Katanya dia ingin pergi kerumah saudaranya bersama orangtuanya. “Entahlah.” Hati Ivan membantah kaku. Mereka berhenti disebuah rumah makan padang tempat diasa ia makan. Diparkiran ia melihat mobil dengan plat D 1403 CW.ia kenal sekali mobil itu. Ia tidak jadi turun dari mobil. Sepertinya ia menunggu pemilik mobil itu.
            “Kenapa kita nggak turun Van,..?” Heni penasaran. Ivan hanya diam saja, malah menyulut rokok. Heni semakin tidak mengerti.
            “Entar dulu. Kalau udah rada sepi.” Tutupinya. Namun dari gelagatnya sangat kelihatan sekali kalau ia sedang menunggu sesuatu.
            Ternyata.....! Yadi tengah menggandeng seorang wanita dengan mesra. “Dia Emma..” teriak dalam hati Ivan. Namun ia langsung menutup kaca mobilnya. Setelah semua lenyap ia mengajak Heni turun. Sambil makan ia begitu kesal. Sangat kesal. Langsung ia mengirim SMS,
           
            To   : Emma             20:07:10
Acara kel. Nya dmna sih..? udh slsai blm...? kpn plang nya. Ksh tau ya...? lz

     “Sent”
           
ia teruskan kembali makan. Heni seperti sangat merasakan keganjalan cowok disampingnya itu.
            “Ada apa sih ... kok terlihat gelisah gitu... kamu sakit ya..?” Hani menunjukkan kalau ia adalah perempuan yang sangat perhatian. Benaknya yang tak karuan. Ia masih menimang-nimang telphon genggamnya. Dan tangan kanannya masih memegang sendok. Tatapan Heni begitu tajam menembus relung kalbu Ivan. ia tahu kalau cowoknya sedang menyimpan sesuatu tetang yang lain darinya.
            From : Emma             20:14:06
Di Garut. Blm slsai. Mungkin bsok ak plang. Kangen ya...tahan dong sayang...! ak jg kngen.
Langsung dibalasnya SMs dari Emma,
     To   : Emma             20:16:18
Gw tau lo bohong. Lo skrang lg sm Yadi, iya kan..? jgn bhongi ak. Brengsek...!

Sent”
Ia langsung mengantar Heni pulang setelah selesai makan. Ia sangat kacau pikirannya. Namun beberapa kali SMS masuk dari Emma tak ia balas sampai telpon darinya juga tak pernah ia angkat.
Sesampainya di rumah ia langsung masuk ke kamar dan menyalakan laptop. Pasti ia akan lebih seru menulisnya karna telah mendapat inspirasi yang banyak. Tapi, malah bengong menatap layar LCD. Entah apa yang sedang ia fikirkan. Pasti tak jauh dari Emma dan Heni. Lalu ia langsung menggapai ponselnya dan melihat SMS berbagai alasan dari Emma. Namun semuanya jelas.

To   : Emma                  20:59:41
Elo pilih gua atau Yadi. Kau jangan jadi pelacur cinta.

“Sent”
Sungguh singkat tapi pedih.
Malam itu jam setengah sebelas, Yadi menelponnya.
“Van, gua minta maaf, bukan maksud gua untuk ngelakuin ini semua. Tapi ini hanya karena kehilafan,” Yadi terlihat gugup.
“Yad, lo jangan jadi seperti itu dong...nyantai aja lagi. Gua pacaran dengan dia juga nggak serius. Lagian dia kan masih milik bersama,” tewa-tawa kecil mengiringi setiap kata yang terkeluar dari mulutnya. “Pokoknya kita hajar aja tu cewek,” Tambah lagi Ivan. Namun dalam hati kecilnya tetap pedih.
“Anak orang tu..Boy..” tumbur Yadi juga tertawa terbahak-bahak. Hubungan ponsel mereka terputus dan Ivan langsung melanjutkan ketikannya.
Kemudian Mbak Popy kembali menelpon ia menawarkan pada Ivan untuk menjadi modelnya dalam Fashion Show. Kali ini Rancangan terbaru Mbak Popy. Ragu Ivan menjawab, soalnya ia pernah punya kisah buruk dengan Mbak Popy dulu. Namun ia juga tidak mau mengecewakan tawaran itu, lagi pula ia punya waktu banyak untuk bisa menampilkan kebolehannya di atas panggung dan kilau Bliz kamera.
Ia terbaring dan menatap lampu kecil yang berputar terus, ia juga sesekali menatap fotonya berukuran besar saat cat walk. Dan poster Rolling Stons berhadapan dengan Gun N’ Roses. Sungguh sangar sekali pistol dan bunga. Setelah mengintari semua sudut kamar, ia melihat foto di atas meja dengan bingkai kayu yang diukir-ukir, siapa disana yang terpampang...? fotonya saat masih kecil. Umur satu tahun setengah, dan di sampingnya Umur tiga tahun dan foto keluarga. Ia tersenyum-senyum lalu ia mengusap-usapnya dengan tisue. Berdebu.
****

Emma. Dia sangat bingung atas tawaran Ivan pilih dia atau Yadi yang telah menemani hidupnya lama. Kebingungan. Memilih Yadi ia sangat tidak enak hati dengan Ivan karena kebaikan dan telah membuatnya tegar. Namun jika ia memilih Ivan, ia belum tahu banyak tetangnya dan ia benar mencintainya atau ia hanya memanfaatkan dia saja. Atau tak kupilih diantara mereka “Berarti aku jomblo dong,” Tersenyum kecut di depan cermin. “Kalau aku pilih salah satu diantara mereka, sama saja aku menghancurkan hubungan persahabatan mereka,” Tak hanya itu yang ia fikirkan.
Saat sore menjelang ia sengaja lewat rumah Yadi. Kebetulan rumah mereka tidak terlalu jauh hanya melewati perempatan jalan terus lurus sekitar dua kilo meter sudah ketemu. Didepan rumah Yadi ada mobil Ivan parkir disana, ia tercengang apa yang mereka lakukan...? tanda tanya yang cukup menakjubkan.
“Apa mereka bertengkar ya...?” gumamnya dalam hati. “Ah tapi tak mungkin, paling ia menyelesaikan kesalah pahaman mereka,” Ia tersenyum sendiri. Suara tawa dan canda terdengar nyaring sekali. Tawa Ivan ngakak dan Yadi juga begitu. Bingung Emma dibuatnya. “Sepertinya mereka gembira sekali,” Penasaran Emma dibuatnya, ia mencari sumber suara yang masih samar-samar terdengar.
Di teras rupanya. Ivan duduk tepat berhadapan dengan Yadi. Dan di meja terdapat gelas minuman warna hijau-hijau keputihan seperti warna daun muda. Mereka asik menikmati rokok dan Yadi memutar-mutar ponselnya. Emma sengaja turun dari mobil untuk mendengar apa yang mereka rencanakan. Ia masuk pekarangan tetangga Yadi. Namun tak terdengar juga terhalang tembok.
Namun samar-samar ia mendengar sedang membicarakannya. Ia tertawa kecil.
“Rupanya cowok itu telah termakan oleh biusku,” Ucap Emma dalam hati. Begitu konsentrasi, ia nguping di sana, sama sekali tidak takut kalau dikira maling atau yang lainnya. Ia santai saja.
“Bodoh...bodoh...!! ha..ha..ha....” kencang sekali suara itu terdengar. Ia penasaran yang dibilang bodoh oleh mereka itu siapa...? apa Emma. Itulah penasaran yang bisa membuat orang yang telah mati bangkit lagi. Arwah penasaran.
“Tapi tak ada orang mati yang jadi hantu.” Bantah hatinya sendiri. Ia  curiga kalau yang dibilang bodoh itu dirinya. Lebih konsentrasi lagi.
“Dasar cewek.... mereka itu tidak mikir kalau kita sebenarnya hanya manfaatin,” Diserang tawa kedua insan yang sedang bahagia itu. Berantakan tak karuan hatinya. Ia benar-benar kecewa dengan kedua cowok yang pernah bercumbu padanya itu. Ia langsung berlari menuju mobilnya dan di dalam mobil ia teriak-teriak tak karuan.
“Brengsek.....brengsek...!!” ia memukul-mukul setir dan pahanya sendiri. Tak sadar ia memukul klakson dengan kencang.
“Thiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttt” kencang sekali terdengar ia sama sekali tak sadar kalau itu akan mengundang orang untuk melihat.
Yadi langsung lari karena ia ingat mobilnya didepan dengan bunyi alarm seperti itu. Ivan juga menyusul karena mobilnya tak dikunci ganda. Setelah sampai pintu pagar meluncur mobil dengan nomor polisi D 1403 CW warna biru dongker.
“Deg.... itu kan mobil Emma,” dalam hati Yadi. “Nggapain dia disini terus Cuma ngelakson doang...apa untungny,.” Ngerutu-ngerutu tak tentu.
“Siapa Yad,... nggak tau mobilnya sih mobil Emma tapi nggak tau siapa...” terangkan Yadi.
“Hah,....Emma ngapain dia kesini Cuma pamer klakson,”  Asal nyeplos saja mulut Ivan. “klakson baru apa...?” tawa mereka riang. “Yad coba lo telpon dia,” Ucap Ivan saat berjalan menuju tempat duduknya tadi. Yadi tanpa banyak tanya dan komentar ia langsung menekan nomor tujuan.
Beberapa kali tak diangkat oleh Emma. Sampai mereka bosan.
“Dia tahu mungkin rencana kita. Dan gua ada di rumah elo.”  Tumbur Yadi.
“Mungkin, dia tadi mau mampir tapi ada elo, jadi dia terlanjur malu.” Tawa kecil dari Ivan.
****
Tujuh kali pusing kepala Emma saat ini. Rupanya kedua cowok yang ia segani dan ia selalu merasa gerogi kalau di depan mereka itu adalah cowok-cowok penggombal semua,  fikirnya keras.
“Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan...?” rintih Emma sambil meremas-remas rambutnya. Kepalanya seperti mau meledak. Granat di dalamnya. Dalam hatinya habis-habisan memaki Ivan dan Yadi, sangat kecewa sekali ia padanya.
“Benar apa yang aku pikirkan kemarin. Aku harus memilih jomblo, mereka semua brengsek.” Tertunduk dan langsung masuk keakamar, bersandar di kursi. Menatar langit-langit kamar dengan hiasan bintang-bintang dari plestik made in Cina.
**BERSAMBUNG**


No comments:

S i n o p s i s Novel: Mencari Aku Waktu Dan Rahasia Dunia

Mencari Aku, Waktu, dan Rahasia Dunia adalah judul dari novel ini. Novel ini menceritakan tentang seorang anak muda dalam proses pencarian. Tokoh utamanya adalah ‘Aku’ dengan nama Fajruddin Saleh bin Tjik Saleh dengan karakter pemuda yang idealis dan memiliki seorang kekasih yang berbeda kepercayaan (ia memanggil kekasihnya itu si Manis, nama aslinya Resita Maulia). Tokoh utama adalah seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik di salah satu universitas di Bandung yang sedang bercerita tentang bagaimana jika ia telah memperoleh gelar sarjana nanti. Ia sedang menjawab sebuah pertanyaan dari temannya (Ivan), di sebuah Pantai Kuta Bali. Novel ini banyak menggunakan pengibaratan, ini kutipan paragraph di dalamnya: Sekarang siang sudah terbentang seperti bioskop yang baru selesai filmnya. Byar...! nyala lampunya. Terang jadinya. Sedangkan orang yang sedang bercumbu langsung berusaha bertingkah seperti orang baru pulang dari masjid, kaki-tangannya langsung kembali kehabitatnya dan buru-buru mengancing segala kancing, celana juga baju. Merapikan rambut yang sama-sama kusut, tak jelas penyebabnya. Mengelap seluruh bagian tubuh yang basah, tak tahulah kalau bagian lain yang basah, di elap atau dibiarkan. Hussss... adegan kegelapan sudah usai! Mirip sekali perbuatan itu dengan penumpang dalam bus ini, ada yang mengusap air liur yang meleleh dibibir, ada yang memoles-moles mata belekan, dan merapi-rapikan rambut yang kusut dan baju yang semerawut, dikancingnya kembali. Masa tidur telah usai. Mau tahu kenapa? Sebab banyak orang menggunakan kegelapan sebagai ajang aji mumpung! Mumpung orang tidak tahu. Mumpung orang tak ada yang lihat, saya boleh melakukan apa saja, dll, dan dll. Maka terjadilah....adegan setiap kegelapan datang. Tokoh utama akan pulang kampung bila telah selesai kuliah nanti karena tak mampu untuk terus menyandang status pengangguran. Nah, dalam perjalanan pulang itu ia memperoleh banyak pengalaman dari seorang fotografer, seorang wanita yang sudah berkeluarga, keluarga perantauan dan seorang petualang. Pada setiap pertemuan ia selalu ngobrol dan bercerita. Jadi novel ini mengisahkan bercerita lalu dalam cerita itu ada lagi cerita. Jidi, novel ini sengaja ditulis dengan penuh canda, kata-kata yang lucu dan terkadang terdengar norak dan canggung di telinga. Sebab saya ingin menghibur, agar setiap pembaca dapat tertawa di samping keseriausannya mengolah semua pesan yang tersirat dalam isi novel. Bukan hanya itu saja isinya, tokoh utama juga meneruskan ceritanya dengan Ivan dengan lamunan. Dalam lamunan tokoh utama ia setelah di kampung halaman, ia mendirikan sekolah gratis untuk buta huruf. Dan sampai ia bekerja di sebuah instansi pemerintahan, kemudian ia kembali lagi ke Bandung untuk mencari impiannya. Ending dari novel ini sengaja saya buat menggantung, agar pembaca yang meneruskan kisahnya… Pesan yang ingin saya sampaikan dalam novel ini yaitu:  Sebuah kisah perjalanan. Disana saya ingin sekali menggambarkan bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan dan penuh pencarian. Pencarian didunia ini tak lain adalah pencarian kepuasan. Sebab, kepuasan adalah tingkat teratas dari semua level pencarian. Adakah seseorang memperoleh kepuasan? (sudah punya motor ingin mobil, punya istri satu pingin dua dan sebagainya), dan disetiap pencarian tak luput dari sebuah perjalanan baik itu perjalanan sebenarnya atau hanya perjalanan pikiran.  Saya juga ingin menyoroti masalah lapangan pekerjaan dan pengangguran di Negara kita yang tercinta ini. Ada satu anekdot “Yang ahli dan bahkan sarjana saja pengangguran apa lagi tidak sekolah dan tak ahli” lapangan pekerjaan di Indonesia memangsungguh sulit. Dan bahkan tingkat pengangguran semakin hari semakin mertambah.  Pendidikan gratis buta huruf. Saya ingin menyinggung tentang pemerataan pendidikan di Indonesia. Sebab banyak daerah terpencil di Indonesia masih belum tahu huruf alias buta huruf. Contoh di wilayah Papua berapa persen orang yang dapat membaca dan menulis?, lalu di wilayah Jambi ada yang dinamakan Suku Anak Dalam (Kubu), nah suku ini bisa dikatakan, orang yang tak terjamah oleh huruf. Masih banyak sekali penduduk Indonesia yang tak dapat membaca dan menulis sebenarnya.  Tokoh utama kembali lagi kekampung dan setelah itu kembali lagi ke Bandung. Itu adalah pesan yang sangat dasar, bahwasanya kehidupan adalah sebuah siklus waktu. Dimana ada kelahiran ada pula kematian, dimana ada kejayaan juga ada keterpurukan.