Oleh: Mulyadi Saputra (Moel)
Bagian 22
Semua Terjawab
Sekitar jam tujuh malam ia telah melesat
ke sebuah kafe. Sewaktu mereka berdua pacaran mereka biasa kencan disana.
Suasana sejuk menerpa saat di perjalanan. Setelah sampai kafe itu sudah ramai
ia duduk di kursi yang dulu biasa mereka berduan.
Satu
jam berlalu. Ia masih menunggu kedatangan Debi. Beberapa kali ia melihat
lengannya. Satu gelas jus orange menghiasi meja. Satu bungkus rokok dan korek
tergeletak dismping. Asbak telah terisi beberapa puntung. Debi belum juga
datang.
“Apa
dia hanya ngerjain gua ya.....?” tatapannya kosong kearah pintu masuk kafe.
“Hai.....udah
lama...?” Debi menyapa dari belakang.
Oleh: Mulyadi Saputra (Moel)
Bagian 21
Jalan terakhir
Gemericik
hujan menyertai malam yang gelap. Ivan masih saja duduk sendiri di depan
terasnya. Rokok dan kopi menemani dimeja seblah kanannya. Sebentar-sebentar ia
meneguk kopi hangat dan menghisap rokoknya dalam-dalam. Dunia semakin butek.
Suara gemuruh hujan semakin kencang, Guntur bersahut-sahutan, kelat
mengadu-ngadu.
Ivan
masih saja disana tanpa berubah posisi. Buku-buku disampingnya hanya sebagai
hiasan tak dibacanya. Entah ia sedang memikirkan apa.
Oleh: Mulyadi Saputra (Moel)
Bagian 20
Ulang Tahun
Ulang
tahunnya tinggal beberapa hari lagi. Ivan semakin bingung, tapi sepertinya ia
harus merayakan ulang tahunnya ini sebagai rasa ungkapan kebahagiaan, dengan
pertambahan umur. Ia sangat berharap untuk bisa lebih memaknai hidup dengan
lebih berarti dari sisa umurnya ini. Namun disisi lain ia sedikit bimbang dengan
pendapatnya tadi, ULTAH adalah berkurangnya umur, kok harus dirayakan dengan
pesta dan penuh kebahagiaan, seharusnya menangis dengan semakin sedikitnya umur
yang dimiliki.
Oleh: Mulyadi Saputra (Moel)
Bagian 19
Pulau Bali
Keuntungan tak pernah ingkar. Siapa yang tidak
tahu dengan pulau Dewata, wisata dan budayanya yang mengasikkan. Pantai dan
tempat klasik ada di sana. Di dunia juga mengenal pulau itu. Indonesia sangat
bangga sekali punya wilayah itu. Sepertinya aset terbesar. Penduduknya yang
teguh dengan adat, sepertinya turis yang keluar masuk tak nampak merubah
mereka.
Oleh: Mulyadi Saputra (Moel)
Bagian 18
Sejuta Masalah
Syerly
duduk di teras depan rumahnya, ia termenung dan sedikit murung. Wajahnya
tersirat sejuta masalah yang menekan disetiap hari sepi mengguncang jiwanya. Ivanlah
yang sangat tahu bagaimana keadaannya sekarang ini, ia sering menceritakan
dengan nada sedih. Ivan sama sekali tak mampu memberikan saran atau apapun
kepadanya. Ia sering bercerita tentang cintanya yang tak kunjung terjawab oleh
derasnya angin yang meniup dunia asmara. Ia juga tak pernah berusaha
mengungkapkan perasaannya itu.