Oleh: Mulyadi Saputra
Secangkir
kopi hangat selalu menyertai disetiap diskusi pendek. Tanpa kopi diskusi takkan
berjalan dengan normal. Kata-kata itu selalu muncul untuk memulai perkumpulan
atau duduk bareng sambil diskusi. Empat pria itu selalu kumpul disetiap selesai
kuliah (mata kuliah) atau jam-jam kosong dan juga sewaktu malas masuk dengan
mata kuliah hari itu. Mereka sering menyebutnya sebagai matakuliah ketiga.
Duduk,
nongkrong, ngobrol, diskusi, canda, tawa, ide, solusi, muncul disebuah kantin
umum di depan fakultas disalah satu perguruan tinggi pinggiran tempat mereka
kuliah. Begitu juga kopi sebagai teman sejati yang mengiringi pembincangan asik
hari itu. Mungkin tidak asing lagi dikalangan muda jika berkumpul terus minum
kopi. Jangan salah obrolan warung kopi atau kantin lebih banyak diserap oleh
otak dari pada belajar di dalam kelas dengan suasana yang formal (tapi ingat
ini tidak berlaku untuk semua orang). Mungkin itu dikarnakan kita bebas ketika
berpendapat tanpa malu. Kita sekeritis mungkin mengungkapkan pandangan tanpa
harus segan dan siapapun akan boleh ikut alias terbuka. Bisa minum kopi,
merokok dan bercandapun tidak salah dan dimarahin.
Dani,
Restu, Yadi, Yoko. Sosok lajang