Sliwar-sliwer
kendaraan tak pernah ada hentinya dari mulai matahari terbit sampai rembulan
tersenyum, terus ada yang menyenangi aspal hitam. Entah apa yang mereka cari
dari ngebut sampai pelan-pelan. Tidak mungkin tak ada keperluan penting jika
malam hari seperti ini. Lampu jalan terus bercahaya menaungi derasnya arus
angin malam. Dingin, sejuk terus menusuk dari kulit dan lubang fori-foriku.
Aku
sendiri berjalan menuju rumahku, terlihat anak-anak jalanan sedang asik
bercanda dan tawa dengan kabut malam. Liku-liku jalan terus mengarungi bagaikan
wahana yang terukir tajam. Lampu lalulintas hanya berkedip kuning saja pertanda
“Hati-hati”.