Thursday, January 31, 2013

Cerbung: Perempuan Setengah Hati 2



Ilustrasi by: inforinaldi.blogspot.com

Bagian 2
Aji Mumpung

            Pagi pun begitu dingin dengan embun yang menutupi jarak pandang dan kesejukan menembus keseluruh tubuh. Ivan duduk di teras belakang sambil menikmati indahnya pagi dengan sebatang rokok Malboro.  Seraya Ibu memanggil, mengajak sarapan bareng dengan Ayah yang sebentar lagi akan berangkat ke kantor. Ia beranjak dengan menjelentikkan rokok dari jemarinya.
            Ayah senyum menyapa pagi dengan lembut. Ivan pun membalas dengan duduk pas di kursi lipat. Ayah hanya diam mengambil sepotong roti dan menampalkan keju di atasnya.
            “Van...Ayah mau ngomong dengan kamu. Kamu boleh punya

Tuesday, January 29, 2013

Cerbung: Perempuan Setengah Hati 1

hafshaher.blogspot.com
    Bagian 1
 Jejak
“Van, elo yang bener dong.... kita temenan bukan sekarang-sekarang aja, dari dulu Van...! gua nggak seneng dengan cara elo ngomong,” Ucap Andi setelah jengkel karena ia merasa diremehkan Ivan. Mulutnya telah kecut untuk memuntahkan kata-kata panas itu. Harga diri bukan bagaimana orang menginjak harkat martabat saja, tapi juga bagaimana orang meremehkan kita seakan-akan kita seorang yang menerima keajaiban alam untuk menolong. Mustahil. Tuhan memang Maha Penyayang, tapi ia takkan menurunkan pertolongan dari langit seperti jaman dahulu. Mukjizat katanya.
            “An...An....elo jangan sensitif gitu dong...Gua cuma canda lagi...” cengkal Ivan membela dirinya.
      “Ah...Gua bosen ngomong ma elo....” Andi seraya pergi meninggalkan Ivan begitu saja. Ivan menarik-narik tangannya namun ia malah menampik dan diperlihatkan kejengkelannya. Raut mukanya sangar.
          “Ah....resek elo

Sunday, January 27, 2013

Orang Jenius

 

Ardi adalah sosok orang yang terkenal jeniusnya. Suatu hari ia sakit parah dan dirawat di rumah sakit. Ia telah merasa kalau umurnya tidak lama lagi. Pada saat istri dan anaknya berkumpul ia berwasiat,
            “Nanti kalau datang waktu Bapak di ambil oleh Allah, kuburkan Bapak dengan kain kafan yang sudah jelek saja.” Ucap Ardi tersengal-sengal… seluruh orang yang berada disitu terharu dan menangis….
Tibalah hari dimana Allah mencabut nyawa Ardi… seluruh keluarga

Wednesday, January 23, 2013

Secangkir Kopi Untukmu

Oleh: Mulyadi Saputra
 


Secangkir kopi hangat selalu menyertai disetiap diskusi pendek. Tanpa kopi diskusi takkan berjalan dengan normal. Kata-kata itu selalu muncul untuk memulai perkumpulan atau duduk bareng sambil diskusi. Empat pria itu selalu kumpul disetiap selesai kuliah (mata kuliah) atau jam-jam kosong dan juga sewaktu malas masuk dengan mata kuliah hari itu. Mereka sering menyebutnya sebagai matakuliah ketiga.
Duduk, nongkrong, ngobrol, diskusi, canda, tawa, ide, solusi, muncul disebuah kantin umum di depan fakultas disalah satu perguruan tinggi pinggiran tempat mereka kuliah. Begitu juga kopi sebagai teman sejati yang mengiringi pembincangan asik hari itu. Mungkin tidak asing lagi dikalangan muda jika berkumpul terus minum kopi. Jangan salah obrolan warung kopi atau kantin lebih banyak diserap oleh otak dari pada belajar di dalam kelas dengan suasana yang formal (tapi ingat ini tidak berlaku untuk semua orang). Mungkin itu dikarnakan kita bebas ketika berpendapat tanpa malu. Kita sekeritis mungkin mengungkapkan pandangan tanpa harus segan dan siapapun akan boleh ikut alias terbuka. Bisa minum kopi, merokok dan bercandapun tidak salah dan dimarahin.
Dani, Restu, Yadi, Yoko. Sosok lajang

Friday, January 18, 2013

Tiada Yang Lain



Oleh: Mulyadi Saputra (Moel)

                                                                                                       

         Saat Udin ingin pergi merantau ke Jakarta Ibunya membekali pesan yang akan jadi tumpuan hidup di kampung orang bagi dia. Ucapan itu yang terdengar di telinganya pagi itu.
         “Din…hati-hati di sana. Raihlah cita-citamu. Jadilah orang yang berguna.” ia bersalaman dan mencium tangan Ibunya. Sunarti sangat sedih sekali karena dia adalah anak semata wayang. Ibunya berbisik sedikit terputus dengan isakan tangis kecil yang tak kuat lagi ia tahan.
         “ Oh…Tuhan berilah anakku keselamatan, jadikan ia

Friday, January 4, 2013

Dosen Malas

Oleh: Mulyadi Saputra (Moel)


Dosen malas ini ngajar disuatu kampus negeri yang sebenarnya banyak banget mahasiswanya dosen itu bersetatus honorer dan ia ingin dapet gaji aja tapi bermalas-malasan ngajar. Dia tidak sama sekali memikirkan mahasiswanya yang sebenarnya sangat membutuhkan pengajaran sebagaimana mereka belajar dengan dosen-dosen lain.
Pada siang itu seluruh mahasiswa di Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi, menunggu dosennya masing-masing. Mereka berada dikelasnya juga menunggu dosen. Tapi, dijurusan Akuntansi yang paling lambat dosennya masuk. Mereka penasaran dengan dosen

Thursday, January 3, 2013

Sepucuk Bunga di Tengah Laut

Oleh: Mulyadi Saputra (Moel)




Siapa sangka kehidupan seorang paranormal itu cuma berakhir disini. Ia yang dulu sibuk dengan berbagai tugas menyembuhkan penyakit kronis dengan bantuan sesajen yang terus berasap kemenyan di pojok kamarnya yang redup remang. Hilir mudik pasien dengan membawa sesyaratan datang memohon dan menghamba. Sulista itu mati dengan tragis di bawah pohon dekat rumahnya. Semua orang terkejut mendengar berita kematian itu, namun Darwoto adik kandungnya sendiri hanya masam muka.
            Darwoto terkenal tak pernah mempercayai hasil kerja Kakaknya, ia malah bilang ”Tak ada yang maha penyembuh

S i n o p s i s Novel: Mencari Aku Waktu Dan Rahasia Dunia

Mencari Aku, Waktu, dan Rahasia Dunia adalah judul dari novel ini. Novel ini menceritakan tentang seorang anak muda dalam proses pencarian. Tokoh utamanya adalah ‘Aku’ dengan nama Fajruddin Saleh bin Tjik Saleh dengan karakter pemuda yang idealis dan memiliki seorang kekasih yang berbeda kepercayaan (ia memanggil kekasihnya itu si Manis, nama aslinya Resita Maulia). Tokoh utama adalah seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik di salah satu universitas di Bandung yang sedang bercerita tentang bagaimana jika ia telah memperoleh gelar sarjana nanti. Ia sedang menjawab sebuah pertanyaan dari temannya (Ivan), di sebuah Pantai Kuta Bali. Novel ini banyak menggunakan pengibaratan, ini kutipan paragraph di dalamnya: Sekarang siang sudah terbentang seperti bioskop yang baru selesai filmnya. Byar...! nyala lampunya. Terang jadinya. Sedangkan orang yang sedang bercumbu langsung berusaha bertingkah seperti orang baru pulang dari masjid, kaki-tangannya langsung kembali kehabitatnya dan buru-buru mengancing segala kancing, celana juga baju. Merapikan rambut yang sama-sama kusut, tak jelas penyebabnya. Mengelap seluruh bagian tubuh yang basah, tak tahulah kalau bagian lain yang basah, di elap atau dibiarkan. Hussss... adegan kegelapan sudah usai! Mirip sekali perbuatan itu dengan penumpang dalam bus ini, ada yang mengusap air liur yang meleleh dibibir, ada yang memoles-moles mata belekan, dan merapi-rapikan rambut yang kusut dan baju yang semerawut, dikancingnya kembali. Masa tidur telah usai. Mau tahu kenapa? Sebab banyak orang menggunakan kegelapan sebagai ajang aji mumpung! Mumpung orang tidak tahu. Mumpung orang tak ada yang lihat, saya boleh melakukan apa saja, dll, dan dll. Maka terjadilah....adegan setiap kegelapan datang. Tokoh utama akan pulang kampung bila telah selesai kuliah nanti karena tak mampu untuk terus menyandang status pengangguran. Nah, dalam perjalanan pulang itu ia memperoleh banyak pengalaman dari seorang fotografer, seorang wanita yang sudah berkeluarga, keluarga perantauan dan seorang petualang. Pada setiap pertemuan ia selalu ngobrol dan bercerita. Jadi novel ini mengisahkan bercerita lalu dalam cerita itu ada lagi cerita. Jidi, novel ini sengaja ditulis dengan penuh canda, kata-kata yang lucu dan terkadang terdengar norak dan canggung di telinga. Sebab saya ingin menghibur, agar setiap pembaca dapat tertawa di samping keseriausannya mengolah semua pesan yang tersirat dalam isi novel. Bukan hanya itu saja isinya, tokoh utama juga meneruskan ceritanya dengan Ivan dengan lamunan. Dalam lamunan tokoh utama ia setelah di kampung halaman, ia mendirikan sekolah gratis untuk buta huruf. Dan sampai ia bekerja di sebuah instansi pemerintahan, kemudian ia kembali lagi ke Bandung untuk mencari impiannya. Ending dari novel ini sengaja saya buat menggantung, agar pembaca yang meneruskan kisahnya… Pesan yang ingin saya sampaikan dalam novel ini yaitu:  Sebuah kisah perjalanan. Disana saya ingin sekali menggambarkan bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan dan penuh pencarian. Pencarian didunia ini tak lain adalah pencarian kepuasan. Sebab, kepuasan adalah tingkat teratas dari semua level pencarian. Adakah seseorang memperoleh kepuasan? (sudah punya motor ingin mobil, punya istri satu pingin dua dan sebagainya), dan disetiap pencarian tak luput dari sebuah perjalanan baik itu perjalanan sebenarnya atau hanya perjalanan pikiran.  Saya juga ingin menyoroti masalah lapangan pekerjaan dan pengangguran di Negara kita yang tercinta ini. Ada satu anekdot “Yang ahli dan bahkan sarjana saja pengangguran apa lagi tidak sekolah dan tak ahli” lapangan pekerjaan di Indonesia memangsungguh sulit. Dan bahkan tingkat pengangguran semakin hari semakin mertambah.  Pendidikan gratis buta huruf. Saya ingin menyinggung tentang pemerataan pendidikan di Indonesia. Sebab banyak daerah terpencil di Indonesia masih belum tahu huruf alias buta huruf. Contoh di wilayah Papua berapa persen orang yang dapat membaca dan menulis?, lalu di wilayah Jambi ada yang dinamakan Suku Anak Dalam (Kubu), nah suku ini bisa dikatakan, orang yang tak terjamah oleh huruf. Masih banyak sekali penduduk Indonesia yang tak dapat membaca dan menulis sebenarnya.  Tokoh utama kembali lagi kekampung dan setelah itu kembali lagi ke Bandung. Itu adalah pesan yang sangat dasar, bahwasanya kehidupan adalah sebuah siklus waktu. Dimana ada kelahiran ada pula kematian, dimana ada kejayaan juga ada keterpurukan.