Friday, January 4, 2013

Dosen Malas

Oleh: Mulyadi Saputra (Moel)


Dosen malas ini ngajar disuatu kampus negeri yang sebenarnya banyak banget mahasiswanya dosen itu bersetatus honorer dan ia ingin dapet gaji aja tapi bermalas-malasan ngajar. Dia tidak sama sekali memikirkan mahasiswanya yang sebenarnya sangat membutuhkan pengajaran sebagaimana mereka belajar dengan dosen-dosen lain.
Pada siang itu seluruh mahasiswa di Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi, menunggu dosennya masing-masing. Mereka berada dikelasnya juga menunggu dosen. Tapi, dijurusan Akuntansi yang paling lambat dosennya masuk. Mereka penasaran dengan dosen
yang akan masuk, soalnya dosen itu masih baru. Dan mereka menunggu sambil baca buku, ngobrol, bercanda,dan lain-lain.
Tidak lama kemudian bejalan seorang dosen dan memasuki kelas tersebut, sambil mengucapkan “Selamat siang anak-anak ?…” Anakpun pada berlarian menuju kursinya masing-masing seraya menjawab “Siang Pak…!” Dosen itu diam dan terus berjalan menuju tempat duduknya.
Sesaat kemudian dosen itu berkata “Untuk perjumpaan kita yang pertama ada baiknya kalau kita perkenalan dulu. Oke…!” Berkata dosen itu sambil tersenyum. Anak-anakpun hanya diam saja. Dosen: Nama saya Afrizal. SE.,Ak. Dan keterangan lebih lanjut bisa ditanyakan langsung ke ruangan saya.” Ujarnya. Anak-anak hanya diam saja tanpa menanyakan sesuatu yang lain. Dosen: “Untuk selanjutnya perkenalan sesama kalian.” Langsung menjawab seorang anak “Kita semua sudah padasaling kenal. Jaman sekarangkan modren pak..! Kalau kenalan tidak perlurepot-repot nyebutin nama, cukup nomor yang bisa dihubungi saja Pak…!” kata anak itu sambil tertawa dan sorak anak-anak lainnya “Hu…uu….!” Dosen itu berkata lagi “Kalau begitu ya….Sudah, perjumpaan kita cukup sampai disini aja. Sampai jumpa minggu depan. Selamat siang…!” Anak-anak semua pada kecewa dan berkata “Yach….!”
Minggu kedua dosen itu masuk lagi anak-anakpun sudah berada di dalam kelas semua. Dosen itu mengucapkan “Selamat siang anak-anak…?” Anak-anakpun semua menjawab dengan serentak “Selamat siang Pak…!” Adaseorang anak berkata “Pak…hari ini kita belajarkan..?” Dosen itu hanya diam tanpa berkata sepatahpun.
Tidak lama kemudian dosen itu berkata “Anak-anak tau apa penjelasan tentang Ekonomi atau Akuntansi itu…? Anak-anak: “Tau Pak…!” Mereka menjawab serentak dan sangat bersemangat. Kemudian dosen itu berkata lagi “Kalau kalian semua sudah pada tau untuk apa kita belajar dan untuk apa saya lama-lama diruangan ini..! Ujar sidosen dengan tampang serius. Dosenpun berkemas sambil berkata “Selamat berjumpa lagi pada minggu berikutnya, selamat siang…! Ia berdiri dan melangkahkan kakinya menuju pintu. Anak-anak saling menyalahkan antar satu dan yang lainnya “Taunggak itu semua gara-gara kamu yang jawab sudah tau, coba jawab belum pasti dosen itu akan menerangkan dan kita belajar. Lihat itu dia keluar..!” begitulah suasana dikelas pada waktu itu.
Untuk minggu berikutnya anak-anak sudah mampersiapkan jawaban “Belum” untuk pertanyaan dosen seperti itu. Karna anak-anak semua pada kesal ngak belajar pada perjumpaan hari itu.
Ketiga kalinya dosen itu masuk.Seperti biasa dosen itu ngucapin “Selamat siang anak-anak…?” Dosen itu berkata sambil memasuki kelas. Anak-anak menjawab denga penuh semangat “Selamat siang Pak..!” Kembali sepi ruangan itu, yang tadinya pada ribut ngobrol,bercanda, dan bermacam-macam kegiatan yang dilakukan semua berhenti. Dosen itu membuka tas dan buku-bukunya sambil berkata lagi “ Apa…Semua sudah tau Akuntansi dan pengertiannya…?” Seperti yang sudah di rencanakan, mereka semua menjawab “Belum Pak..!” Dosen itu berkata lagi “Kaliankan sudah belajar sewaktu di SMA dan dikehidupan sehari-hari kita juga sering jumpai apa itu Akuntansi dan Ekonomi, seharusnya kalian tau doong….! Kalau kalian belum tau untuk apa kita belajar. Cari tau ya….!” Ia berkata tiada putus, tanpa memberikan pelung bicara untuk anak-anak. Dosen itu berkemas dan kemudian ia berkata sebagaimana biasanya “Sampai jumpa dan selamat siang…!” Anak-anak semua: “Yaach….!” Dosen itupun keluar.
Seluruh anak mulai ribut saling menyalahkan seperti minggu kemarin. Tiba-tiba adaseorang anak yang mempunyai ide. Anak itupun berkata “Bagaimana kalau pertemuan minggu depan kita jawabnya sebagian-sebagian…! Seorang anak menyela pembigcaraannya “Maksudnya bagaimana..?” Iapun menjawab”Makanya dengerin dulu jangan nyerobot terus. Begini maksud saya, kita dibagi yang sebelah kiri jawab sudah dan yang sebelah kanan jawab belum, begitu…! Pada setuju nggak…!” Kata anak tersebut. Ternyata seluruh anak pada setuju. Anak-anak dikelas itu sudah semakin kesal dengan dosen itu. Dalam tiga kali perjumpaan mereka belum pernah belajar dengan dasen itu.
Tibalah saatnya dosen itu masuk. Anak-anak di dalam kelas, menunggu dosen itu masuk. Mereka tidak sabar lagi untuk mendengar jawaban apa lagi yang akan dikatakan dosen itu. Tidak lama kemudian “Selamat siang anak-anak..? Anak-anakpun menjawab kurang semangat lagi “Siang Pak.” Dosen itu duduk dan meletakkan tasnya. Dosen: “Bagaimana hari ini …Semuanya baik..? Anak-anak: “Baik Pak…!” Dosen: “syukurlah.” Ia menjawab sambil tersenyum. Seorang anak mengacungkan jari dan berkata “Hari ini kita harus belajar Pak…!” Dosen: “Oke…Oke…!”kata dosen itu untuk menyakinkan mahasiswanya. Kemudian dosen itu menanyakan kembali “Apa anak-anak sudah ngerti apa Akuntansi itu..?” Anak-anak menjawab sesuai dengan kesepakatan mereka kemarin yaitu disebelah kiri jawab “sudah” dan disebelah kanan jawab “Belum Pak..!” Dosen itu sejenak terdiam sambil berfikir apa perkataan yang tepat. Tak lama dosen itu berkata “Yang sudah tau memberitau kepada yang belum tau dan yang belum tau tanya sama yang sudah tau. Kalau begitu sampai disini dulu perjumpaan kita, selamat siang dan sampai jumpa.” Ujar dosen itu sambil berkemas dan kemudian ia keluar. Anak-anak semua semakin kesal dengan dosen itu “DASAR DOSEN MALAS”.      


No comments:

S i n o p s i s Novel: Mencari Aku Waktu Dan Rahasia Dunia

Mencari Aku, Waktu, dan Rahasia Dunia adalah judul dari novel ini. Novel ini menceritakan tentang seorang anak muda dalam proses pencarian. Tokoh utamanya adalah ‘Aku’ dengan nama Fajruddin Saleh bin Tjik Saleh dengan karakter pemuda yang idealis dan memiliki seorang kekasih yang berbeda kepercayaan (ia memanggil kekasihnya itu si Manis, nama aslinya Resita Maulia). Tokoh utama adalah seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik di salah satu universitas di Bandung yang sedang bercerita tentang bagaimana jika ia telah memperoleh gelar sarjana nanti. Ia sedang menjawab sebuah pertanyaan dari temannya (Ivan), di sebuah Pantai Kuta Bali. Novel ini banyak menggunakan pengibaratan, ini kutipan paragraph di dalamnya: Sekarang siang sudah terbentang seperti bioskop yang baru selesai filmnya. Byar...! nyala lampunya. Terang jadinya. Sedangkan orang yang sedang bercumbu langsung berusaha bertingkah seperti orang baru pulang dari masjid, kaki-tangannya langsung kembali kehabitatnya dan buru-buru mengancing segala kancing, celana juga baju. Merapikan rambut yang sama-sama kusut, tak jelas penyebabnya. Mengelap seluruh bagian tubuh yang basah, tak tahulah kalau bagian lain yang basah, di elap atau dibiarkan. Hussss... adegan kegelapan sudah usai! Mirip sekali perbuatan itu dengan penumpang dalam bus ini, ada yang mengusap air liur yang meleleh dibibir, ada yang memoles-moles mata belekan, dan merapi-rapikan rambut yang kusut dan baju yang semerawut, dikancingnya kembali. Masa tidur telah usai. Mau tahu kenapa? Sebab banyak orang menggunakan kegelapan sebagai ajang aji mumpung! Mumpung orang tidak tahu. Mumpung orang tak ada yang lihat, saya boleh melakukan apa saja, dll, dan dll. Maka terjadilah....adegan setiap kegelapan datang. Tokoh utama akan pulang kampung bila telah selesai kuliah nanti karena tak mampu untuk terus menyandang status pengangguran. Nah, dalam perjalanan pulang itu ia memperoleh banyak pengalaman dari seorang fotografer, seorang wanita yang sudah berkeluarga, keluarga perantauan dan seorang petualang. Pada setiap pertemuan ia selalu ngobrol dan bercerita. Jadi novel ini mengisahkan bercerita lalu dalam cerita itu ada lagi cerita. Jidi, novel ini sengaja ditulis dengan penuh canda, kata-kata yang lucu dan terkadang terdengar norak dan canggung di telinga. Sebab saya ingin menghibur, agar setiap pembaca dapat tertawa di samping keseriausannya mengolah semua pesan yang tersirat dalam isi novel. Bukan hanya itu saja isinya, tokoh utama juga meneruskan ceritanya dengan Ivan dengan lamunan. Dalam lamunan tokoh utama ia setelah di kampung halaman, ia mendirikan sekolah gratis untuk buta huruf. Dan sampai ia bekerja di sebuah instansi pemerintahan, kemudian ia kembali lagi ke Bandung untuk mencari impiannya. Ending dari novel ini sengaja saya buat menggantung, agar pembaca yang meneruskan kisahnya… Pesan yang ingin saya sampaikan dalam novel ini yaitu:  Sebuah kisah perjalanan. Disana saya ingin sekali menggambarkan bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan dan penuh pencarian. Pencarian didunia ini tak lain adalah pencarian kepuasan. Sebab, kepuasan adalah tingkat teratas dari semua level pencarian. Adakah seseorang memperoleh kepuasan? (sudah punya motor ingin mobil, punya istri satu pingin dua dan sebagainya), dan disetiap pencarian tak luput dari sebuah perjalanan baik itu perjalanan sebenarnya atau hanya perjalanan pikiran.  Saya juga ingin menyoroti masalah lapangan pekerjaan dan pengangguran di Negara kita yang tercinta ini. Ada satu anekdot “Yang ahli dan bahkan sarjana saja pengangguran apa lagi tidak sekolah dan tak ahli” lapangan pekerjaan di Indonesia memangsungguh sulit. Dan bahkan tingkat pengangguran semakin hari semakin mertambah.  Pendidikan gratis buta huruf. Saya ingin menyinggung tentang pemerataan pendidikan di Indonesia. Sebab banyak daerah terpencil di Indonesia masih belum tahu huruf alias buta huruf. Contoh di wilayah Papua berapa persen orang yang dapat membaca dan menulis?, lalu di wilayah Jambi ada yang dinamakan Suku Anak Dalam (Kubu), nah suku ini bisa dikatakan, orang yang tak terjamah oleh huruf. Masih banyak sekali penduduk Indonesia yang tak dapat membaca dan menulis sebenarnya.  Tokoh utama kembali lagi kekampung dan setelah itu kembali lagi ke Bandung. Itu adalah pesan yang sangat dasar, bahwasanya kehidupan adalah sebuah siklus waktu. Dimana ada kelahiran ada pula kematian, dimana ada kejayaan juga ada keterpurukan.