Bagian 22
Semua Terjawab
Sekitar jam tujuh malam ia telah melesat
ke sebuah kafe. Sewaktu mereka berdua pacaran mereka biasa kencan disana.
Suasana sejuk menerpa saat di perjalanan. Setelah sampai kafe itu sudah ramai
ia duduk di kursi yang dulu biasa mereka berduan.
Satu
jam berlalu. Ia masih menunggu kedatangan Debi. Beberapa kali ia melihat
lengannya. Satu gelas jus orange menghiasi meja. Satu bungkus rokok dan korek
tergeletak dismping. Asbak telah terisi beberapa puntung. Debi belum juga
datang.
“Apa
dia hanya ngerjain gua ya.....?” tatapannya kosong kearah pintu masuk kafe.
“Hai.....udah
lama...?” Debi menyapa dari belakang.