Thursday, January 31, 2013

Cerbung: Perempuan Setengah Hati 2



Ilustrasi by: inforinaldi.blogspot.com

Bagian 2
Aji Mumpung

            Pagi pun begitu dingin dengan embun yang menutupi jarak pandang dan kesejukan menembus keseluruh tubuh. Ivan duduk di teras belakang sambil menikmati indahnya pagi dengan sebatang rokok Malboro.  Seraya Ibu memanggil, mengajak sarapan bareng dengan Ayah yang sebentar lagi akan berangkat ke kantor. Ia beranjak dengan menjelentikkan rokok dari jemarinya.
            Ayah senyum menyapa pagi dengan lembut. Ivan pun membalas dengan duduk pas di kursi lipat. Ayah hanya diam mengambil sepotong roti dan menampalkan keju di atasnya.
            “Van...Ayah mau ngomong dengan kamu. Kamu boleh punya
pacar, tapi kamu harus hati-hati, jangan sampai mempermalukan keluarga.” Ayah menghentikan sejenak. “Kamu itu anak laki-laki satu-satunya dari Ayah. Ayah denger kalau setiap hari banyak sekali perempuan yang menelpon kesini, Ayah jadi cemas dan menghawatirkan pergaulan kamu. Ayah juga pernah muda. Tapi satu yang Ayah ingat jangan sampai mengecewakan keluarga atau mempermalukannya,” berwibawa sekali Ayah mengucapkan dari kata ke kata. Suaranya ngebass membuat setiap kata menjadi merdu dan lekuk-lekuk perhentian alias titik komanya pas. Pokonya berwibawa. Ivan terdiam hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Dari dulu ia jarang sekali di marahi atau sampai dipukul. Itu tak pernah.“Ayah susah sekali bisa ngobrol dengan kamu. Sedangkan kamu harapan Ayah.” Ivan semakin tertunduk. Namun ia menyela supaya tak berlarut-larut. Pagi-pagi sarapannya nasehat. Pikir Ivan dalam hati.
            “Ayah pulang jam berapa..?” ia mengabil waktu yang tepat untuk mengalihkan semua. Ia tersenyum ragu.
            “Nggak tau, kayaknya maleman dikit, kamu ada acara hari ini..?” tanya sang Ayah dengan tatapan pasti kearah matanya.
            “Nggak  juga sih, kalau ada yang mendadak bisa jadi, kalau sekarang sih belum.” Ia mencoba nurut-nurut wibawa, suaranya di besar-besarkan biar ngebaas untuk menjelaskan terhadap orang yang membentuk jiwanya. Ibu datang membawakan susu, ia duduk tepat di samping Ivan.
            “Kok... cuma satu iris rotinya..?” sambil meletakkan gelas susu di hadapan kedua orang yang sangat mereka sayangi.
            ”Udah kenyang Bu.” ucapnya seraya memegang tangkai gelas yang berisi penuh dengan cairan berwarna putih itu.
            Ivan duduk di ruang tamu sambil membaca majalah yang berserakan di sana. Tiba-tiba Anto datang dan mengajaknya ke tempat latihan. Mereka ngobrol sebentar di ruangan itu. Ivan mengambilkan segelas air minum. Mula-mulanya Anto sedikit menolak tetapi akhirnya di minum juga.  Tetapi ia meminta Anto menunggu sebentar. Untuk mandi tentunya. Anto juga salah satu temannya dikalangan model saling melengkapi. Ivan pecanda tapi jenius. Anto punya daya ingat tinggi tapi, jarang bercanda.
            Anto menggoncengnya dengan motor Shogun yang masih terlihat mentereng. Sesampainya di sana Dian dan Karin sangat asik ngerumpi. Wajar sih, perempuan  mempunyai kehidupan seperti itu. Ivan dan Anto langsung ikut duduk dengan kakinya terselimpang di depan mereka. Sepertinya Ivan ingin sekali cepat nyambung dengan obrolan diantara Dian dan Karin. Yang membuatnya tertarik adalah obrolan seputar dunia yang mereka jalani sekarang ini.
            Dunia model memang sangat kerap di bicarakan. Dari berbagai sudut pandang yang berbeda tentunya. Apalagi seorang model wanita sering digunjingkan sebagai pelayan diantara pria hidung belang. Mereka sangat membantah sekali dengan perkataan itu sebab realitanya tidak bagi mereka. Apalagi dunia model kerap juga di juluki sebagai dunia yang kerap memancing masyarakat untuk berperangsangka buruk. Sebenarnya fenomena seperti ini sudah tidak asing lagi dibicarakan oleh kamun mereka. Tetapi, tetap saja telinga yang mendenganr masih panas. Apalagi melihat model yang memakai pakaian seksi saat tapil dalam suatu acara. Itu juga sangat berpengaruh bagi masyarakat awam tentunya.
            Sesering mungkin Ivan menyangga obrolan mereka namun ia mempunyai bukti yang jitu jadi, mereka semua sepertinya enggan untuk terus berdebat dengan si jago baca buku itu. Memang sangat terkenal Ivan adalah sosok cowok rajin baca buku apalagi novel yang kerap ia masukkan dalam obrolannya. Ia juga sering membawa buku pada saat latihan seperti ini. Sepertinya ia tidak ingin dunianya hilang dengan kesibukan model. Baginya baca buku adalah suatu pengetahuan yang tak kan ia dapat dengan siapapun. Benar juga sih, karena tidak mungkin seorang Guru atau Dosen menyampaikan materi setebal alias sebanyak yang ada dalam buku pada waktu yang singkat. Lagi pula buku adalah guru yang bisa dibawa kemana-mana.
            Sepertinya hari ini hanya latihan saja untuk pertunjukan atau tampil pada acara di Jakarta nanti. Namun diantara mereka belum datang semua diantaranya Gugun, Agus, Febry dan lainnya. Latihan biasa mereka lakukan setelah datang semua.
            ”Ah....Pada molor lagi..” ceplos Anto dengan wajah kesal dan seperi sangat bosan sekali menunggu seperti ini. Memang menunggu adalah hal yang sangat membosankan, banyak kalangan yang mengutarakan seperti itu.
            ”Wajar lah...ngasitaunya sih, mendadak...” jawab Dian dengan pembelaan kepada yang terlambat. Namun Ivan dan Karin hanya diam saja terkadang mereka mengangguk-anggukkan kepala seperti paham.
            Latihan telah dimulai siang itu. Ivan sedikit gagu, entah ada apa. Saat ia parade ia selalu salah dan sangat sering sekali ia ditegur oleh para senior dan para pelatih.
            ”Van kamu kok gitu sih, biasanya nggak.” sambil mendekati Ivan pelatih itu. Sedangkan Ivan tak mampu menjawab apa-apa selain senyum sebagai obat malu. Seperti salah satu bunga, bila tersentuh oleh manusia akan meringkup, dia Putri Malu katanya. Tumbuhan aneh dengan daun yang kecil.
            Pada saat itu mereka sedang berlatih melakukan parade air mancur yang bagi mereka sedikit susah dari pada yang lainnya. Berjajar lalu menyebar seperi air mancur  di Alun-alun, oleh karena itu pula di sebut parade air mancur. Namun itu permintaan yang harus mereka turuti. Namun tidak itu saja yang dilatih kembali pada hari itu.
            Sesering mungkin Dian menertawakan Ivan yang selalu saja salah. Meskipun ia selalu ditertawakan tapi, ia terus berusaha semaksimal mungkin. Seperti biasa untuk tampil pada show besar seperti ini harus melalui seleksi yang sangat teliti dan latihan yang gigih.
*****
Besok Ivan dan dan teman-temannya akan pergi ke Jakarta untuk memenuhi undangan permodelan. Mereka diantaranya Dian, Gugun, Anto, Karin, Agus, Ivan dan lainnya. Mereka salaing bersiap-siap karena di Jakarta selama dua hari penuh, jadi harus perlu bawa peralatan menginap yang cukup. Rupanuya bukan pendaki saja yang harus membawa banyak perbekalan. Wajar sebenarnya kalau pendaki berbekal banyak, karena di gunung tidak ada Mall atau warung apa lagi restouran. Sedangkan pergi ke kota seperti Jakarta seharusnya tidak terlalu dipersulit masalah perbekalan.
Jam 8.00 wib Ivan telah bangun. Bersiap-siap untuk berangkat jam sembilan nanti. Bebrapa kali SMS dari teman-temannya telah menumbur waktu yang teramat singkat pagi itu. Sedang Ivan sama sekali tak cukup waktu untuk membalas semuanya. Hanya sebagian saja yang sepertinya itu sangat perlu sekali.
Semuanya telah kumpul bersama di lokasi atau tempat yang telah direncanakan dan dijanjikan. Selama dalam perjalanan menuju Jakarta mereka sangat gembira sekali sepertinya. Ada yang asik tertawa dengan obrolannya, ada yang asik tidur seperti Anto. Untuk ceweknya masih seperti biasa yang terus asik ngerumpi. Sama sekali tak heran dengan keadaan seperti ini. Sesekali Agus mengeluarkan tebak-tebakan. Terkadang nyambung terkadang lari jauh kamana saja jawabannya. Ia terkenal sangat cerdik masalah tebak-tebakan. Lain pula Ivan, ia menunduk dengan novel dan terkadang tersenym menertawakan ketidak warasan teman-temannya atau tokoh dalam novel yang dibacanya sedari tadi.
Acara itu dimulai pada jam 5.00 wib. Dak...dik...duk...jantung Ivan seakan-akan ia ragu untuk bisa tampil bagus. Namun sedikit terlintas dalam ingatannya yaitu tentang perempuan. Ia ingin mencari kecengan pada acara nanti, maklum ia menjomblo sekitar tiga bulan lebih. Bukan ia tak mau cari atau tak ada lagi yang ia sukai tetapi ia sangat mempertimbangkan orang yang menjadi pendampingnya itu. Sambil ia menghisap rokok Malboro terus berhayal dengan teman modelnya yang nanti akan sama-sama nampil.
“Mudah-mudahan cantik-cantik terus mau jadi pacarku,” dalam hatinya berkata seperti ingin tertawa.
Hotel berbintang itu tak pernah sepi. Terus bermacam-macam kejadian dilihatnya. Dari mulai orang keluar-masuk dengan pasangan sampai para permpuan penggoda yang akan mempraktekkan teori barunya yang ia temukan sepekan terkhir atau ia dapat dari teman segaulnya tadi malam. Duduk, senyum ramah terus memandangi lelaki yang masuk, entah maksudnya apa.
“Hoi.....Ngelamun aja.” Pety mengejutkan. Ivan sedang duduk santai di kamar hotel itu.
”Eh..elo... ada apa..?”
Sebenarnya Ivan ingin meneruskan lamunannya namun pengganggu terus muncul dari Agus sekarang Pety. Jadi ingat sewaktu ujian di kelas, orang yang dijuluki sebagai orang yang paling pintar di kelas maka akan selalu di ganngu saat ujian tersulit datang. Diminta contekan tentunya.
”Enggak, pengen ngobrol aja ma elo.” tumbur Pety, sepertinya sangat penting sekali. Namun Ivan sendiri tidak begitu merespon.
Bisa dibilang Pety mempunyai ilmu hipnotis tinggi. Ia dapat menggugah minat Ivan ngorol sampai akhirnya Bang Yus masuk menyuruh mereka untuk segera siap-siap karena sebentar lagi acara dimulai. Mereka harus di make up dulu dan pastinya memerlukan waktu yang tidak sebentar. Obrolan mereka terputus dan mereka langsung beranjak menuruti apa yang Bang Yus katakan.
Diruang Make Up terlihat banyak sekali perempuan cantik rupanya. Itu jelas. Ivan tertegun sejenak mengingat tujuan dia ke Jakarta selain memenuhi tuntutan kerja salah satunya yaitu mengisi ruang hatinya yang sekarang sedang kosong setelah ia putus dengan Debi beberapa waktu lalu. Kalau bicara tentang kekosongan hati itu sebenarnya urusan minat. Sekarang Ivan berminat atau tidak dengan wanita yang berjejer di depannya. Mereka sedang belepotan dengan bedak. Mana wajah aslinya. Kata Nenek dulu, “Kalau mau menilai seorang perempuan dari kecantikan lihat lah dia pada waktu bangun tidur. Kalau dia cantik pada saat itu, apa lagi nanti setelah di make up,” benar juga.
”Ih.... jauh lagi duduknya ...” ia sedikit kecewa setelah disuruh duduk jauh dari keberadaanincarannya itu. Jika seseorang berperang semakin jauh keberadaan musuh maka semakin susah membidiknya. Kira-kira begitu.
**BERSAMBUNG**

No comments:

S i n o p s i s Novel: Mencari Aku Waktu Dan Rahasia Dunia

Mencari Aku, Waktu, dan Rahasia Dunia adalah judul dari novel ini. Novel ini menceritakan tentang seorang anak muda dalam proses pencarian. Tokoh utamanya adalah ‘Aku’ dengan nama Fajruddin Saleh bin Tjik Saleh dengan karakter pemuda yang idealis dan memiliki seorang kekasih yang berbeda kepercayaan (ia memanggil kekasihnya itu si Manis, nama aslinya Resita Maulia). Tokoh utama adalah seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik di salah satu universitas di Bandung yang sedang bercerita tentang bagaimana jika ia telah memperoleh gelar sarjana nanti. Ia sedang menjawab sebuah pertanyaan dari temannya (Ivan), di sebuah Pantai Kuta Bali. Novel ini banyak menggunakan pengibaratan, ini kutipan paragraph di dalamnya: Sekarang siang sudah terbentang seperti bioskop yang baru selesai filmnya. Byar...! nyala lampunya. Terang jadinya. Sedangkan orang yang sedang bercumbu langsung berusaha bertingkah seperti orang baru pulang dari masjid, kaki-tangannya langsung kembali kehabitatnya dan buru-buru mengancing segala kancing, celana juga baju. Merapikan rambut yang sama-sama kusut, tak jelas penyebabnya. Mengelap seluruh bagian tubuh yang basah, tak tahulah kalau bagian lain yang basah, di elap atau dibiarkan. Hussss... adegan kegelapan sudah usai! Mirip sekali perbuatan itu dengan penumpang dalam bus ini, ada yang mengusap air liur yang meleleh dibibir, ada yang memoles-moles mata belekan, dan merapi-rapikan rambut yang kusut dan baju yang semerawut, dikancingnya kembali. Masa tidur telah usai. Mau tahu kenapa? Sebab banyak orang menggunakan kegelapan sebagai ajang aji mumpung! Mumpung orang tidak tahu. Mumpung orang tak ada yang lihat, saya boleh melakukan apa saja, dll, dan dll. Maka terjadilah....adegan setiap kegelapan datang. Tokoh utama akan pulang kampung bila telah selesai kuliah nanti karena tak mampu untuk terus menyandang status pengangguran. Nah, dalam perjalanan pulang itu ia memperoleh banyak pengalaman dari seorang fotografer, seorang wanita yang sudah berkeluarga, keluarga perantauan dan seorang petualang. Pada setiap pertemuan ia selalu ngobrol dan bercerita. Jadi novel ini mengisahkan bercerita lalu dalam cerita itu ada lagi cerita. Jidi, novel ini sengaja ditulis dengan penuh canda, kata-kata yang lucu dan terkadang terdengar norak dan canggung di telinga. Sebab saya ingin menghibur, agar setiap pembaca dapat tertawa di samping keseriausannya mengolah semua pesan yang tersirat dalam isi novel. Bukan hanya itu saja isinya, tokoh utama juga meneruskan ceritanya dengan Ivan dengan lamunan. Dalam lamunan tokoh utama ia setelah di kampung halaman, ia mendirikan sekolah gratis untuk buta huruf. Dan sampai ia bekerja di sebuah instansi pemerintahan, kemudian ia kembali lagi ke Bandung untuk mencari impiannya. Ending dari novel ini sengaja saya buat menggantung, agar pembaca yang meneruskan kisahnya… Pesan yang ingin saya sampaikan dalam novel ini yaitu:  Sebuah kisah perjalanan. Disana saya ingin sekali menggambarkan bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan dan penuh pencarian. Pencarian didunia ini tak lain adalah pencarian kepuasan. Sebab, kepuasan adalah tingkat teratas dari semua level pencarian. Adakah seseorang memperoleh kepuasan? (sudah punya motor ingin mobil, punya istri satu pingin dua dan sebagainya), dan disetiap pencarian tak luput dari sebuah perjalanan baik itu perjalanan sebenarnya atau hanya perjalanan pikiran.  Saya juga ingin menyoroti masalah lapangan pekerjaan dan pengangguran di Negara kita yang tercinta ini. Ada satu anekdot “Yang ahli dan bahkan sarjana saja pengangguran apa lagi tidak sekolah dan tak ahli” lapangan pekerjaan di Indonesia memangsungguh sulit. Dan bahkan tingkat pengangguran semakin hari semakin mertambah.  Pendidikan gratis buta huruf. Saya ingin menyinggung tentang pemerataan pendidikan di Indonesia. Sebab banyak daerah terpencil di Indonesia masih belum tahu huruf alias buta huruf. Contoh di wilayah Papua berapa persen orang yang dapat membaca dan menulis?, lalu di wilayah Jambi ada yang dinamakan Suku Anak Dalam (Kubu), nah suku ini bisa dikatakan, orang yang tak terjamah oleh huruf. Masih banyak sekali penduduk Indonesia yang tak dapat membaca dan menulis sebenarnya.  Tokoh utama kembali lagi kekampung dan setelah itu kembali lagi ke Bandung. Itu adalah pesan yang sangat dasar, bahwasanya kehidupan adalah sebuah siklus waktu. Dimana ada kelahiran ada pula kematian, dimana ada kejayaan juga ada keterpurukan.