Wednesday, February 6, 2013

Cerbung : Perempuan Setengah Hati 3

Oleh: Mulyadi Saputra (Moel)
sweetyvinz.wordpress.com
        Bagian 3
Oleh-Oleh Jakarta

Fashion Show, itu adalah bagian dari kehidupan model. Tidak aneh kalau mereka terus menjalani provesi yang tidak begitu membuat capek itu. Lampu gemerlapan adalah dunianya. Sepertinya pengunjung pada acara kali ini sudah mulai berdatangan.  Ivan merasakan seperti gugup, ia seperti tidak pernah saja diperlihatkan pada banyak orang seperti ini.
Mereka berkumpul diruang tunggu bersama model-model yang lain dari Bandung maupun dari Jakarta sendiri. Ia terus melirik seorang perempuan asal Jakarta yang duduk bersama ketiga teman modelnya. Lumayan centik, dengan hidung mancung mata sedikit liar, perawakan langsing, tinggi semampai dan rambutnya lurus, mengusung Ivan untuk terus memperhatikannya.
”Rada mirip Debi
hidungnya,” ujar Ivan dalam hati. Meski mereka telah putus beberapa bulan yang lalu tetapi Ivan sering sekali ingat sosok Debi yang lemah lembut itu. Ia mencoba mendekati perempuan itu dengan hati-hati, jalannya seperti pada parade nyisir, saat di panggung.
”Hai.....Ivan.” ia menyapa dengan langsung mengajungkan tangan untuk bersalaman, ketika itu pula ia juga  menyebutkan namanya. Sambutan sangat bagus terlihat dengan senyuman mereka bertiga. Gugun melihat Ivan langsung berkata dari jauh,
” Mulai beraksi.....” sambil ia menepuk bahu Anto bermaksud memberitahu. Ivan seperti tidak perduli sama sekali dengan teriakan Gugun tadi.
“Sari” cewek itu juga menerima acungan tangan dari Ivan dan menyebutkan namanya. Begitupula kedua temannya.
Alam ini sangat bersahabat sekali sepetinya mendung seakan buyar angin yang tadinya kencang langsung reda, melihat sorang pria  terus mencari percikan cahaya untuk dilatakkan manis di sudut hatinya. Denting jam mulai berangsur untuk mengiringi jalannya jiwa yang semakin dekat untuk menekuk sebuah rahasia besar yang menjadi dambaan kedua insan.
Tania dan Wulan berangsur meninggalkan Ivan dan Sari mereka berdua asik sekali ngobrol. Ikan di dalam aquarium mengintip-intip menuruti adegan manusia dipennya. Perbincangan mereka sepertinya mirip dengan perbincangan Ivan dan Sari, hanya saja kaum ikan sejenisnyalah yang dapat mendengar dan dapat mengartikan. Bercanda dan menimbulkan mulutnya ke atas untuk menghirup udara.
“Eh...gue tinggal sebentar ya...?” mereka pergi sambil mengedipkan mata kanannya kearah Sari sebagai kode kalau mereka berdua mendukung. Namun perbuatan itu sama sekali tidak diketahui oleh Ivan sendiri. Tidak lama kemudian acara dimulai. Sebelum mereka berpisah sejenak Ivan mengobral janji untuk bisa ngobrol bareng lagi.
”Sari, ada waktu nggak setelah acara ini...?” Ivan sambil berdiri.
”Emang ada apa ...?
”Gua masih pengen ngobrol panjang ma elo” ucapnya hati-hati sekali seperti takut ada kata yang salah. Ini bukan termasuk dalam sekenario, jika tak teliti susah untuk meralatnya. Namun Sari diam saja sambil ia membalikkan badan ia sedikit menganggukkan kepala. Gembira sekali pemuda ini dengan wajah berseri dan semangat tinggi untuk bisa secepatnya memeluk erat bidadari yang baru saja menyirami hatinya.
Terlihat kaum permodelan telah berjejer bagus di atas panggung. Atau sering disebut Parade dalam dunia mereka. Seperti yang telah dipelajari mereka, kali ini parade air mancur yang digunakan. Gugun terlihat di depan sekali, sedangkan Anto disamping kiri nomor tiga dan Ivan belum mulai berjalan sebab ia hampir di ujung posisinya. Tepuk tangan mengiringi berjalannya Fashion di atas panggung.
Setelah itu model selanjutnya masuk. Disana terlihat Sari sedang cat wolk alias sedang berjalan. Ivan sejenak tertegun melihat begitu cantik wanita yang baru ia kenal itu. Sari tepat di depan begitu banyak penonton malam itu, posisi pause, sorot matanya menatap begitu banyak sosok manusia menujukan dua kelopak matanya untuk menikmati seni dalam tubuh perempuan muda sedang tersenyum. Ivan  terus, melihatnya saat Steep I, II.
”Begitu indah,” hati Ivan mengagumi kecantikan Sari. ”Mudah-mudahan ia mau jadi pacarku,” harapan Ivan meledak-ledak. Tak lama parade out berlangsung.
Setelah sampai di dalam mereka disusun kembali dengan busana baru kali ini sepertinya berpasang-pasangan atau cavel. Ivan sangat berharap sekali bisa berdampingan dengan Sari tentunya. Namun waktulah yang berhak mengabadikan keinginannya itu. Lambat terasa menunggu impiannya terpenuhi. Kalau saja ia berkuasa dalam hal memilih pasangan mungkin tlah ia pilih semaunya dan atas seleranya. Waktu yang akan berkata. Omm Ruddi yang memilih perpasangan malam itu.
Namun setelah penyusunan, Anto rupanya yang berhak cavel di temani oleh wanita dambaannya itu.
”Ah...Gua yang berharap malah Anto yang dapet.” gumam Ivan kesal. Tetapi Anto sangat mengerti maksud Ivan memandangnya sinis.
”Van, tenang aja gua akan dukung lo supaya bisa jalan bareng dengan Sari.” bisik Anto mendekatinya. Ivan mengangguk-anggukkan kepala, dalam hatinyapun bahagia sekali. Meledak bagai krakakatau. Gembira bagai seorang mahasiswa baru mendapat Beasiswa. Atau anak kecil di belikan mainan kesukaannya.
*****
Udara sejuk menusuk-nusuk kulit dua insan yang sedang terbawa keasikan menunggu mutiara-mutiara yang ingin ia jamah. Mereka janji untuk bisa jalan bareng di seputaran Jakarta, besok. Anto memanggil Ivan, seraya mengajaknya untuk pulang bareng ke Hotel tempat mereka mengadukan kelopak mata atas dan bawah bertemu. Tidur tepatnya.
”Entar dulu, lagi asik. Tunggu ya...?” Ujar Ivan mendekati Anto dan menariknya kearah balik pintu. Anto dan Gugun sangat setia dengan Ivan tercermin dari mereka berdua terus menunggu Ivan yang asik ngobrol dengan melati penyejuk malam itu.
”Brondong bo’,” seorang cowok mengelirik-lirik Gugun. Cowok itu duduk tepat di kursi samping mereka. Lirikan mata lelaki itu sangat tajam. Terfokus tepat pada Gugun dan Anto. Ia mendekati Gugun dan menariknya,
”Hai....Mau kencan ma gue nggak...?” nada lembut dari cowok itu.
”Makasih....makasih...” Gugun menjawab dengan gagap. Anto tak bisa lagi berbicara. Ia hanya tersenyum tertahan melihat temannya ditaksir oleh seorang cowok Gay. Cowok itu duduk menempel disamping Gugun sambil memegang pahanya yang atletis. Gugun semakin gugup, ia sesekali melihat wajah Anto sambil mengkedip-kedipkan matanya sebagai tanda. Bagaimana caranya mereka bisa pergi dari sana. Mereka berdua sangat takut menyinggung perasaan cowok itu. Karena banyak sekali temen cowok dan model pun yang terjerumus dalam jurang seperti itu.
 ”Sorry..ya gua ke Toilet dulu.” ia pergi sebagai alasan menghindar dari cengkramannya. Tinggal Anto di situ sendiri. Anto pun terlihat gemetar menghadapi kedipan mata sang cowok.
”Namanya siapa..? Gue, Niko..?” ucapnya mengajak kenalan dengan Anto. Terbata-bata Anto menjawab pertanyaan seperti itu.
Niko, ia  penasaran dengan Gugun, masa pergi ke Toilet begitu lama, ia pun mempunyai inisiatif menyusul Gugun ke Toilet. Sesampainya di sana melihat Gugun sedang merapi-rapikan rambut. Ia langsung memeluknya dari belakang. Begitu kaget si Gugun merasakan pelukan cowok setengah tua itu.
”Hoi...Apa-apaan sih.” seraya Gugun melepaskan tangan Niko yang merayap kedadanya. Setelah itu Gugun lari, berusaha menghindar dari pelukan laki-laki bangsat, ucap Gugun dalam hati. Anto melihatnya langsung lari juga. Seketika Taksi sedang lewat,
”Taksi..!” dengan lambaian tangan Anto. Niko juga mengejar keluar namun, kedua pria itu telah meluncur kencang dengan taksi berwarna putih dan kuning. Niko terlihat kecewa sambil membalikkan badannya kearah pintu masuk.
Ivan dan Sari mulai beranjak untuk pulang.
”Da....sampai ketemu besok,” Sari mengucap salam lelaki yang baru ia kenal malam itu dan ia telah menghinggapkan dalam hatinya sebagai lelaki yang akan ia puja setiap saat. Alangkah gembira sekali kedua insan itu. Baru kenal langsung jadian, tidak pernah terbayangkan nasib Ivan begitu mujur. Ivan terus melihat Sari  masuk kedalam Taksi. Sesaat Ivan ingat Gugun dan Anto,nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
“Mereka nunggu di mana ya..” tanya dalam hatinya sendiri.
“Mas..Mas...Lihat dua laki-laki dengan baju Putih dan yang satunya memakai jaket coklat. Tau nggak..?” Ivan bertanya dengan seorang petugas.
“Oh...mereka tadi lari-lari langsung naik Taksi, pulang kali.” jawab petugas itu dengan sangat jelas. Kesal sekali sepertinya Ivan mendengan kedua temannya itu pulang tanpa menunggunya. Tidak lama kemudia ia juga pulang. Dalam hatinya kesal dengan Anto dan Gugun. Tapi, disisi lain ia sangat gembira karena ia telah mendapat pengganti Debi. Sari adalah anak simata wayang dari keluarga yang sangat kaya sekali. Ia tinggal di Jakarta, namun bagi Ivan Bandung-Jakarta bukan jarak yang jauh bila cinta telah menembus hati. Jangankan Bandung-Jakarta, Kutub Utara dan Kutub Selatan juga dekat jika seseorang sedang kasmaran.
Pintu Hotel telah terlihat.
“Stop...Mas...!” Ivan menyuruh berhenti sopir taksi itu. Langsung ia menuju kamar, dalam pikirannya ingin sekali marah dengan kedua temanya. Tanpa ia mengetuk pintu ia langsung masuk.
“Hei....Elo pada nggak bisa diajak temenan ya...disuruh tunggu malah cabut duluan,” suara Ivan begitu keras. Sambil senyum Gugun mencoba menjelaskan padanya. Ditambah dengan Anto yang mengisahkan dengan sangat lengkap sekali. Ivan tertawa geli mendengar peristiwa naas itu.
“Elo..sih nyuruh kita nunggu, abisnya orang gila ngejar kita.”Anto yang sedikit menyalahkan Ivan.
“Sorry....Sorry...” pinta Ivan sambil membuncukan kedua tangannya kearah Anto.
“Gimana, sukses nggak..?” tanya Gugun penasaran. Ivan hanya tertawa mengingat cowok gay itu.
“So...Pasti, dong..! Ivan. Gitu loh,” Gugun kembali memberi tanda selamat dengan mengulurkan salam. Ia banyak cerita dengan Gugun dan Anto tentang obrolan dengan Sari tadi, baginya penemuan kali ini adalah yang pertama, begitu kenal langsung jadian. Begitu singkat hidup ini.
“Besok gua nggak ikut pulang bareng kalian, gua masih ada acara dengan Sari.” jelaskan Ivan. Mereka berdua bengong.
“Oya...ya...kami ngerti kok.” Gugun sambil tertawa. Anto yang ikut senyum sambil mencabut rokok dari sakunya.

From : Sari             00:06:04
Van, udah nympek blm...?
Mat, mlm...gw udah di rmh ni..
Muahhhhh...


Dengan sangat serius sekali Ivan membaca SMS.
“Ehem...segitunya kalau lagi kasmaran,” ledek Gugun melihat Ivan membalas SMS.
To : Sari               00:08:02
Udah nympek kok..!
Cepek bgt tau...
Mat, bo2 say...
I love you
Muaaaah...

“sent”

Tidak lama dari itu mereka bertiga terlelap tidur. Dengan dislimuti kepenatan. Mimpi pun akan terus memberi warna dalam tidur tanpa jenuh.
****

Anto, Agus, Gugun dan teman-temannya yang lain telah siap-siap untuk berangkat sekarang menuju kota asal yaitu Bandung. Sedangkan Ivan masik asik sekali SMSan dengan Pacar barunya.
            “Ehem....” Gugun meledek Ivan. Namun ia sama sekali tidak menghiraukannya.
            “Bener nih..nggak ikut pulang..?” kembali Gugun menawarinya seperti bercanda, namun sebenarnya ia sangat serius. Ivan hanya menggelengkan kepala pertanda niatnya sudah bulat untuk jalan bareng dengan Sari siang ini.
            Rombongan model itu telah berangkat. Ivan mengantar sampai pintu hotel. Ia masuk kembali dan berkemas sambil menunggu Sari yang akan datang menjemputnya. Musik terus menempel ditelinganya melalui perantara iPod yang terus menemaninya.
            Agus terus menggoda teman-teman cewek di dalam Bus, seperti ia tidak ingat kalau mereka sebenarnya sangat tidak suka sekali dengan perlakuannya. Tapi, Agus takmenghiraukan celaan dari rasa marah temannya itu. Sesekali Anto menegur Agus, sepertinya ia tidak menuruti nasehat Anto.
            Mobil Toyota berwarna Merah parkir di halaman Hotel. Kemudian keluar seorang cewek dengan kulit mulus. Ivan langsung menyambutnya dengan senyuman khas.
            “Masuk dulu yuk,” Ajak Ivan kepada Sari.
            “Langsung aja, Van,” sepertinya Sari tak sabar untuk langsung jalan dengan Ivan. Tanpa menolak Ivan mendekatinya. Begitu dekat Sari membuka pintu kiri.
            “Kok sebelah situ sih, bukannya elo yang nyetir.” suara itu keluar dari mulut Ivan. Matanya yang tajam terfokus tepat ke muka Ivan.
            “Gua kan nggak tau jalan di sini.” teruskan Ivan memberi alasan supaya Sari yang mengemudi. Sari tanpa banyak kata langsung menuju pintu sebelah kanan.
            ”Masak, cewek disuruh nyetir.” sambil tertawa geli Sari membuka pintu. Potong Ivan kembali memberikan alasan lebih detil,
            ”Kalau di Bandung, baru gua yang nyetir. Kalau di Jakarta harus elo dong..!” mereka sama-sama tertawa disertai cubitan manja diri kekasih barunya itu. Canda tawa terus mengiringi selama dalam perjalanan. Alunan musik sepertinya juga sebagai modal obrolan mereka.
            Tempat romantis ini adalah saksi diantara mereka yang sedang bercumbu mesra, pelukan erat terus mengikat tubuh Sari. Begitu manis hidup ini. Sedikit yang bisa menjalani hidup seperti ini.
            Selintas Ivan teringat akan pacar-pacarnya yang dulu. Sepertinya ini juga akan berakhir sama. Batin Ivan menduga dengan sedikit ragu jika mereka berpisah nanti.
            “Ntar sore gua pulang ke Bandung,” ia memberi tahu kepada Sari. Terlihat murung dimukanya.
            “Bukannya besok,” Sari menahan. Sepertinya ia masih ingin sekali terus bersama.
            “Ntar ...kalau ada hari libur atau ada acara lagi di Jakarta pasti gua kesini lagi,” Ivan menegarkan keraguan dari benak Sari.
            “Janji, ya..?” kembali sari angkat bicara sambil mengangkat tangannya dengan jarinya membentuk angka Ve. Pelukan tangan ke bahunya seperti itu adalah jawaban dari Ivan yang tepat. Ini sepertinya tempat terakhir yang akan mereka kunjungi, yaitu Mall, disamping membeli sesuatu di sana juga bisa heppy fun.
            Gandengan tangan mereka berdua sepertinya tak pernah lepas meski harus berdesak atau melawan arus angin sekalipun.
            “Jaga diri baik-baik ya....,” Sari memberi pesan.
            “Elo juga.” Disertai cium kening dan pipi kanan, sebagai pertanda  perpisahan. Sari kembali menarik tangan Ivan, rupanya hanya senyum saja. Lambaian tangan seperttinya tak terputus sampai mobil yang membawa Ivan tertelan oleh jarak. Sari terlihas sedih seketika ia masuk kedalam mobil.
*****
Bandung berseri-seri menatap datangnya Ivan. Ia masih tertidur di kursi nomor dua mobil travel yang ia tumpangi. SMS membangunkannya, rupanya dari Sari hanya menanyakan sudah sampai atau belum. Dengan penuh puitis ia membalas SMS itu. Masuk SMS selanjutnya,

From : Gugun            18:14:48
 Gmn acr nya asik g’ tu...!
 Kpn plg ke bdg ..?
 Mbak Popy tyain qm kta nya
 salam rindu.Cpat plng...mat
 Happy.


            Tersenyum sendiri Ivan membaca SMS itu, begitu ia kaget seorang Popy salam dengan orang sepertinya.

To : Gugun              18:20:16
Blng ma  Mbak Popy Ngak slh ....
Salm kmbli, mita no dia...
Aq lg dlm prjlnan plg, 1 jm lg smpi.
  
“sent”

Gugun tersemun melihat masih liarnya hati Ivan. Tak pernah puas dengan satu kekasih. Tapi, Gugun tetap menjaga omongannya supaya tak menyakiti atau mnyinggung perasaan Ivan. Kemudian ia membalas disertai nomor Popy sebagai permintaan Ivan.
Malam begitu cerah sekali. Ia sendiri didepan teras lantai dua di rumahnya. Gugun memang orang yang santai, ia tidak seperti Ivan yang ranjin baca buku atau didepan komputer. Gugun lebih suka baca majalah. Ponselnya tak lama bergetar yang beerpusat dari saku celana.
”Kok Mbak Popy nelpon ada apa ya..?” penasaran sekali Gugun. Terus bergetar ponselnya.
“Kalau ia nawarin job nggak bakalan gua ambil.” Mengerutu sendiri ia jadinya. Ia sangat malas sekali ada job pada hari-hari yang melelahkan seperti ini. Karena beberapa hari ini kuliahnya terbengkalai.
”Halo, Mbak ada apa..nih.” suara Gugun lembut.
“Tau nggak Gun ...barusan Ivan SMS Mbak. Dia dapet nomor Mbak dari mana...?” tanya Mbak Popy seperti benar-benar penasaran dengan sosok Ivan yang super keren.  Gugun tertawa-tawa tidak langsung menjawabnya. Ia sangat heran Mbak Popy itu cocoknya jadi Ibunya Ivan bukan gebetan. Dalam hatinya.
”Dari gua Mbak, abisnya dia minta sih...ngak pa-pa kan....?” Gugun mencoba menjelaskan.
”Nggaklah, malah bagus lagi Mbak bisa tau nomor dia jadi nggak harus lewat kamu.” Mbak Popy dengan genit mengutarakan isi hatinya yang sangat ingin bisa dekat-dekat dengan Ivan secepatnya. Mbak Popy adalah designer yang sangat terkenal pada masa-masa sekarang ini. Ia sering memberikan Job pada Model-model muda seperti Ivan, Gugun dan lainnya. Biasanya untuk pameran atau dalam lomba Fashion Show dengan busana rancangan Mbak Popy.
**BERSAMBUNG**

No comments:

S i n o p s i s Novel: Mencari Aku Waktu Dan Rahasia Dunia

Mencari Aku, Waktu, dan Rahasia Dunia adalah judul dari novel ini. Novel ini menceritakan tentang seorang anak muda dalam proses pencarian. Tokoh utamanya adalah ‘Aku’ dengan nama Fajruddin Saleh bin Tjik Saleh dengan karakter pemuda yang idealis dan memiliki seorang kekasih yang berbeda kepercayaan (ia memanggil kekasihnya itu si Manis, nama aslinya Resita Maulia). Tokoh utama adalah seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik di salah satu universitas di Bandung yang sedang bercerita tentang bagaimana jika ia telah memperoleh gelar sarjana nanti. Ia sedang menjawab sebuah pertanyaan dari temannya (Ivan), di sebuah Pantai Kuta Bali. Novel ini banyak menggunakan pengibaratan, ini kutipan paragraph di dalamnya: Sekarang siang sudah terbentang seperti bioskop yang baru selesai filmnya. Byar...! nyala lampunya. Terang jadinya. Sedangkan orang yang sedang bercumbu langsung berusaha bertingkah seperti orang baru pulang dari masjid, kaki-tangannya langsung kembali kehabitatnya dan buru-buru mengancing segala kancing, celana juga baju. Merapikan rambut yang sama-sama kusut, tak jelas penyebabnya. Mengelap seluruh bagian tubuh yang basah, tak tahulah kalau bagian lain yang basah, di elap atau dibiarkan. Hussss... adegan kegelapan sudah usai! Mirip sekali perbuatan itu dengan penumpang dalam bus ini, ada yang mengusap air liur yang meleleh dibibir, ada yang memoles-moles mata belekan, dan merapi-rapikan rambut yang kusut dan baju yang semerawut, dikancingnya kembali. Masa tidur telah usai. Mau tahu kenapa? Sebab banyak orang menggunakan kegelapan sebagai ajang aji mumpung! Mumpung orang tidak tahu. Mumpung orang tak ada yang lihat, saya boleh melakukan apa saja, dll, dan dll. Maka terjadilah....adegan setiap kegelapan datang. Tokoh utama akan pulang kampung bila telah selesai kuliah nanti karena tak mampu untuk terus menyandang status pengangguran. Nah, dalam perjalanan pulang itu ia memperoleh banyak pengalaman dari seorang fotografer, seorang wanita yang sudah berkeluarga, keluarga perantauan dan seorang petualang. Pada setiap pertemuan ia selalu ngobrol dan bercerita. Jadi novel ini mengisahkan bercerita lalu dalam cerita itu ada lagi cerita. Jidi, novel ini sengaja ditulis dengan penuh canda, kata-kata yang lucu dan terkadang terdengar norak dan canggung di telinga. Sebab saya ingin menghibur, agar setiap pembaca dapat tertawa di samping keseriausannya mengolah semua pesan yang tersirat dalam isi novel. Bukan hanya itu saja isinya, tokoh utama juga meneruskan ceritanya dengan Ivan dengan lamunan. Dalam lamunan tokoh utama ia setelah di kampung halaman, ia mendirikan sekolah gratis untuk buta huruf. Dan sampai ia bekerja di sebuah instansi pemerintahan, kemudian ia kembali lagi ke Bandung untuk mencari impiannya. Ending dari novel ini sengaja saya buat menggantung, agar pembaca yang meneruskan kisahnya… Pesan yang ingin saya sampaikan dalam novel ini yaitu:  Sebuah kisah perjalanan. Disana saya ingin sekali menggambarkan bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan dan penuh pencarian. Pencarian didunia ini tak lain adalah pencarian kepuasan. Sebab, kepuasan adalah tingkat teratas dari semua level pencarian. Adakah seseorang memperoleh kepuasan? (sudah punya motor ingin mobil, punya istri satu pingin dua dan sebagainya), dan disetiap pencarian tak luput dari sebuah perjalanan baik itu perjalanan sebenarnya atau hanya perjalanan pikiran.  Saya juga ingin menyoroti masalah lapangan pekerjaan dan pengangguran di Negara kita yang tercinta ini. Ada satu anekdot “Yang ahli dan bahkan sarjana saja pengangguran apa lagi tidak sekolah dan tak ahli” lapangan pekerjaan di Indonesia memangsungguh sulit. Dan bahkan tingkat pengangguran semakin hari semakin mertambah.  Pendidikan gratis buta huruf. Saya ingin menyinggung tentang pemerataan pendidikan di Indonesia. Sebab banyak daerah terpencil di Indonesia masih belum tahu huruf alias buta huruf. Contoh di wilayah Papua berapa persen orang yang dapat membaca dan menulis?, lalu di wilayah Jambi ada yang dinamakan Suku Anak Dalam (Kubu), nah suku ini bisa dikatakan, orang yang tak terjamah oleh huruf. Masih banyak sekali penduduk Indonesia yang tak dapat membaca dan menulis sebenarnya.  Tokoh utama kembali lagi kekampung dan setelah itu kembali lagi ke Bandung. Itu adalah pesan yang sangat dasar, bahwasanya kehidupan adalah sebuah siklus waktu. Dimana ada kelahiran ada pula kematian, dimana ada kejayaan juga ada keterpurukan.