Oleh: Mulyadi Saputra (Moel)
![]() |
sweetyvinz.wordpress.com |
Bagian 3
Oleh-Oleh Jakarta
Fashion Show, itu adalah bagian dari
kehidupan model. Tidak aneh kalau mereka terus menjalani provesi yang tidak
begitu membuat capek itu. Lampu gemerlapan adalah dunianya. Sepertinya
pengunjung pada acara kali ini sudah mulai berdatangan. Ivan merasakan seperti gugup, ia seperti tidak
pernah saja diperlihatkan pada banyak orang seperti ini.
Mereka berkumpul diruang tunggu bersama
model-model yang lain dari Bandung maupun dari Jakarta sendiri. Ia terus
melirik seorang perempuan asal Jakarta yang duduk bersama ketiga teman
modelnya. Lumayan centik, dengan hidung mancung mata sedikit liar, perawakan
langsing, tinggi semampai dan rambutnya lurus, mengusung Ivan untuk terus
memperhatikannya.
”Rada
mirip Debi
hidungnya,”
ujar Ivan dalam hati. Meski mereka telah putus beberapa bulan yang lalu tetapi
Ivan sering sekali ingat sosok Debi yang lemah lembut itu. Ia mencoba mendekati
perempuan itu dengan hati-hati, jalannya seperti pada parade nyisir, saat di panggung.
”Hai.....Ivan.” ia menyapa dengan langsung
mengajungkan tangan untuk bersalaman, ketika itu pula ia juga menyebutkan namanya. Sambutan sangat bagus
terlihat dengan senyuman mereka bertiga. Gugun melihat Ivan langsung berkata
dari jauh,
” Mulai beraksi.....” sambil ia menepuk
bahu Anto bermaksud memberitahu. Ivan seperti tidak perduli sama sekali dengan
teriakan Gugun tadi.
“Sari” cewek itu juga menerima acungan
tangan dari Ivan dan menyebutkan namanya. Begitupula kedua temannya.
Alam ini sangat bersahabat sekali
sepetinya mendung seakan buyar angin yang tadinya kencang langsung reda,
melihat sorang pria terus mencari percikan
cahaya untuk dilatakkan manis di sudut hatinya. Denting jam mulai berangsur
untuk mengiringi jalannya jiwa yang semakin dekat untuk menekuk sebuah rahasia
besar yang menjadi dambaan kedua insan.
Tania dan Wulan berangsur meninggalkan
Ivan dan Sari mereka berdua asik sekali ngobrol. Ikan di dalam aquarium
mengintip-intip menuruti adegan manusia dipennya. Perbincangan mereka
sepertinya mirip dengan perbincangan Ivan dan Sari, hanya saja kaum ikan
sejenisnyalah yang dapat mendengar dan dapat mengartikan. Bercanda dan
menimbulkan mulutnya ke atas untuk menghirup udara.
“Eh...gue tinggal sebentar ya...?” mereka
pergi sambil mengedipkan mata kanannya kearah Sari sebagai kode kalau mereka
berdua mendukung. Namun perbuatan itu sama sekali tidak diketahui oleh Ivan
sendiri. Tidak lama kemudian acara dimulai. Sebelum mereka berpisah sejenak
Ivan mengobral janji untuk bisa ngobrol bareng lagi.
”Sari, ada waktu nggak setelah acara
ini...?” Ivan sambil berdiri.
”Emang ada apa ...?
”Gua masih pengen ngobrol panjang ma elo”
ucapnya hati-hati sekali seperti takut ada kata yang salah. Ini bukan termasuk
dalam sekenario, jika tak teliti susah untuk meralatnya. Namun Sari diam saja
sambil ia membalikkan badan ia sedikit menganggukkan kepala. Gembira sekali
pemuda ini dengan wajah berseri dan semangat tinggi untuk bisa secepatnya
memeluk erat bidadari yang baru saja menyirami hatinya.
Terlihat kaum permodelan telah berjejer
bagus di atas panggung. Atau sering disebut Parade
dalam dunia mereka. Seperti yang telah dipelajari mereka, kali ini parade air
mancur yang digunakan. Gugun terlihat di depan sekali, sedangkan Anto disamping
kiri nomor tiga dan Ivan belum mulai berjalan sebab ia hampir di ujung
posisinya. Tepuk tangan mengiringi berjalannya Fashion di atas panggung.
Setelah itu model selanjutnya masuk.
Disana terlihat Sari sedang cat wolk
alias sedang berjalan. Ivan sejenak tertegun melihat begitu cantik wanita yang
baru ia kenal itu. Sari tepat di depan begitu banyak penonton malam itu, posisi
pause, sorot matanya menatap begitu
banyak sosok manusia menujukan dua kelopak matanya untuk menikmati seni dalam
tubuh perempuan muda sedang tersenyum. Ivan terus, melihatnya saat Steep I, II.
”Begitu indah,” hati Ivan mengagumi
kecantikan Sari. ”Mudah-mudahan ia mau jadi pacarku,” harapan Ivan
meledak-ledak. Tak lama parade out
berlangsung.
Setelah sampai di dalam mereka disusun
kembali dengan busana baru kali ini sepertinya berpasang-pasangan atau cavel. Ivan sangat berharap sekali bisa
berdampingan dengan Sari tentunya. Namun waktulah yang berhak mengabadikan
keinginannya itu. Lambat terasa menunggu impiannya terpenuhi. Kalau saja ia
berkuasa dalam hal memilih pasangan mungkin tlah ia pilih semaunya dan atas
seleranya. Waktu yang akan berkata. Omm Ruddi yang memilih perpasangan malam
itu.
Namun setelah penyusunan, Anto rupanya
yang berhak cavel di temani oleh
wanita dambaannya itu.
”Ah...Gua yang berharap malah Anto yang
dapet.” gumam Ivan kesal. Tetapi Anto sangat mengerti maksud Ivan memandangnya
sinis.
”Van, tenang aja gua akan dukung lo supaya
bisa jalan bareng dengan Sari.” bisik Anto mendekatinya. Ivan
mengangguk-anggukkan kepala, dalam hatinyapun bahagia sekali. Meledak bagai
krakakatau. Gembira bagai seorang mahasiswa baru mendapat Beasiswa. Atau anak
kecil di belikan mainan kesukaannya.
*****
Udara sejuk menusuk-nusuk kulit dua insan
yang sedang terbawa keasikan menunggu mutiara-mutiara yang ingin ia jamah.
Mereka janji untuk bisa jalan bareng di seputaran Jakarta, besok. Anto
memanggil Ivan, seraya mengajaknya untuk pulang bareng ke Hotel tempat mereka
mengadukan kelopak mata atas dan bawah bertemu. Tidur tepatnya.
”Entar dulu, lagi asik. Tunggu ya...?”
Ujar Ivan mendekati Anto dan menariknya kearah balik pintu. Anto dan Gugun
sangat setia dengan Ivan tercermin dari mereka berdua terus menunggu Ivan yang
asik ngobrol dengan melati penyejuk malam itu.
”Brondong bo’,” seorang cowok
mengelirik-lirik Gugun. Cowok itu duduk tepat di kursi samping mereka. Lirikan
mata lelaki itu sangat tajam. Terfokus tepat pada Gugun dan Anto. Ia mendekati
Gugun dan menariknya,
”Hai....Mau kencan ma gue nggak...?” nada
lembut dari cowok itu.
”Makasih....makasih...” Gugun menjawab
dengan gagap. Anto tak bisa lagi berbicara. Ia hanya tersenyum tertahan melihat
temannya ditaksir oleh seorang cowok Gay.
Cowok itu duduk menempel disamping Gugun sambil memegang pahanya yang atletis.
Gugun semakin gugup, ia sesekali melihat wajah Anto sambil mengkedip-kedipkan
matanya sebagai tanda. Bagaimana caranya mereka bisa pergi dari sana. Mereka
berdua sangat takut menyinggung perasaan cowok itu. Karena banyak sekali temen
cowok dan model pun yang terjerumus dalam jurang seperti itu.
”Sorry..ya gua ke Toilet dulu.” ia pergi
sebagai alasan menghindar dari cengkramannya. Tinggal Anto di situ sendiri. Anto
pun terlihat gemetar menghadapi kedipan mata sang cowok.
”Namanya siapa..? Gue, Niko..?” ucapnya
mengajak kenalan dengan Anto. Terbata-bata Anto menjawab pertanyaan seperti
itu.
Niko, ia
penasaran dengan Gugun, masa pergi ke Toilet begitu lama, ia pun
mempunyai inisiatif menyusul Gugun ke Toilet. Sesampainya di sana melihat Gugun
sedang merapi-rapikan rambut. Ia langsung memeluknya dari belakang. Begitu
kaget si Gugun merasakan pelukan cowok setengah tua itu.
”Hoi...Apa-apaan sih.” seraya Gugun
melepaskan tangan Niko yang merayap kedadanya. Setelah itu Gugun lari, berusaha
menghindar dari pelukan laki-laki bangsat, ucap Gugun dalam hati. Anto
melihatnya langsung lari juga. Seketika Taksi sedang lewat,
”Taksi..!” dengan lambaian tangan Anto.
Niko juga mengejar keluar namun, kedua pria itu telah meluncur kencang dengan
taksi berwarna putih dan kuning. Niko terlihat kecewa sambil membalikkan
badannya kearah pintu masuk.
Ivan dan Sari mulai beranjak untuk pulang.
”Da....sampai ketemu besok,” Sari mengucap
salam lelaki yang baru ia kenal malam itu dan ia telah menghinggapkan dalam
hatinya sebagai lelaki yang akan ia puja setiap saat. Alangkah gembira sekali
kedua insan itu. Baru kenal langsung jadian, tidak pernah terbayangkan nasib
Ivan begitu mujur. Ivan terus melihat Sari
masuk kedalam Taksi. Sesaat Ivan ingat Gugun dan Anto,nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
“Mereka
nunggu di mana ya..”
tanya dalam hatinya sendiri.
“Mas..Mas...Lihat dua laki-laki dengan
baju Putih dan yang satunya memakai jaket coklat. Tau nggak..?” Ivan bertanya
dengan seorang petugas.
“Oh...mereka tadi lari-lari langsung naik
Taksi, pulang kali.” jawab petugas itu dengan sangat jelas. Kesal sekali
sepertinya Ivan mendengan kedua temannya itu pulang tanpa menunggunya. Tidak lama
kemudia ia juga pulang. Dalam hatinya kesal dengan Anto dan Gugun. Tapi, disisi
lain ia sangat gembira karena ia telah mendapat pengganti Debi. Sari adalah
anak simata wayang dari keluarga yang sangat kaya sekali. Ia tinggal di
Jakarta, namun bagi Ivan Bandung-Jakarta bukan jarak yang jauh bila cinta telah
menembus hati. Jangankan Bandung-Jakarta, Kutub Utara dan Kutub Selatan juga
dekat jika seseorang sedang kasmaran.
Pintu Hotel telah terlihat.
“Stop...Mas...!” Ivan menyuruh berhenti
sopir taksi itu. Langsung ia menuju kamar, dalam pikirannya ingin sekali marah
dengan kedua temanya. Tanpa ia mengetuk pintu ia langsung masuk.
“Hei....Elo pada nggak bisa diajak temenan
ya...disuruh tunggu malah cabut duluan,” suara Ivan begitu keras. Sambil senyum
Gugun mencoba menjelaskan padanya. Ditambah dengan Anto yang mengisahkan dengan
sangat lengkap sekali. Ivan tertawa geli mendengar peristiwa naas itu.
“Elo..sih nyuruh kita nunggu, abisnya
orang gila ngejar kita.”Anto yang sedikit menyalahkan Ivan.
“Sorry....Sorry...” pinta Ivan sambil
membuncukan kedua tangannya kearah Anto.
“Gimana, sukses nggak..?” tanya Gugun
penasaran. Ivan hanya tertawa mengingat cowok gay itu.
“So...Pasti, dong..! Ivan. Gitu loh,”
Gugun kembali memberi tanda selamat dengan mengulurkan salam. Ia banyak cerita
dengan Gugun dan Anto tentang obrolan dengan Sari tadi, baginya penemuan kali
ini adalah yang pertama, begitu kenal langsung jadian. Begitu singkat hidup
ini.
“Besok gua nggak ikut pulang bareng
kalian, gua masih ada acara dengan Sari.” jelaskan Ivan. Mereka berdua bengong.
“Oya...ya...kami ngerti kok.” Gugun sambil
tertawa. Anto yang ikut senyum sambil mencabut rokok dari sakunya.
From : Sari 00:06:04
Van, udah nympek
blm...?
Mat, mlm...gw
udah di rmh ni..
Muahhhhh...
Dengan sangat serius sekali Ivan membaca
SMS.
“Ehem...segitunya kalau lagi kasmaran,”
ledek Gugun melihat Ivan membalas SMS.
To : Sari 00:08:02
Udah nympek
kok..!
Cepek bgt tau...
Mat, bo2 say...
I love you
Muaaaah...
“sent”
Tidak lama dari itu mereka bertiga
terlelap tidur. Dengan dislimuti kepenatan. Mimpi pun akan terus memberi warna
dalam tidur tanpa jenuh.
****
Anto, Agus, Gugun dan teman-temannya yang lain
telah siap-siap untuk berangkat sekarang menuju kota asal yaitu Bandung.
Sedangkan Ivan masik asik sekali SMSan dengan Pacar barunya.
“Ehem....”
Gugun meledek Ivan. Namun ia sama sekali tidak menghiraukannya.
“Bener
nih..nggak ikut pulang..?” kembali Gugun menawarinya seperti bercanda, namun
sebenarnya ia sangat serius. Ivan hanya menggelengkan kepala pertanda niatnya
sudah bulat untuk jalan bareng dengan Sari siang ini.
Rombongan
model itu telah berangkat. Ivan mengantar sampai pintu hotel. Ia masuk kembali
dan berkemas sambil menunggu Sari yang akan datang menjemputnya. Musik terus
menempel ditelinganya melalui perantara iPod yang terus menemaninya.
Agus
terus menggoda teman-teman cewek di dalam Bus, seperti ia tidak ingat kalau
mereka sebenarnya sangat tidak suka sekali dengan perlakuannya. Tapi, Agus
takmenghiraukan celaan dari rasa marah temannya itu. Sesekali Anto menegur
Agus, sepertinya ia tidak menuruti nasehat Anto.
Mobil
Toyota berwarna Merah parkir di halaman Hotel. Kemudian keluar seorang cewek
dengan kulit mulus. Ivan langsung menyambutnya dengan senyuman khas.
“Masuk
dulu yuk,” Ajak Ivan kepada Sari.
“Langsung
aja, Van,” sepertinya Sari tak sabar untuk langsung jalan dengan Ivan. Tanpa
menolak Ivan mendekatinya. Begitu dekat Sari membuka pintu kiri.
“Kok
sebelah situ sih, bukannya elo yang nyetir.” suara itu keluar dari mulut Ivan.
Matanya yang tajam terfokus tepat ke muka Ivan.
“Gua
kan nggak tau jalan di sini.” teruskan Ivan memberi alasan supaya Sari yang
mengemudi. Sari tanpa banyak kata langsung menuju pintu sebelah kanan.
”Masak,
cewek disuruh nyetir.” sambil tertawa geli Sari membuka pintu. Potong Ivan
kembali memberikan alasan lebih detil,
”Kalau
di Bandung, baru gua yang nyetir. Kalau di Jakarta harus elo dong..!” mereka
sama-sama tertawa disertai cubitan manja diri kekasih barunya itu. Canda tawa
terus mengiringi selama dalam perjalanan. Alunan musik sepertinya juga sebagai
modal obrolan mereka.
Tempat
romantis ini adalah saksi diantara mereka yang sedang bercumbu mesra, pelukan
erat terus mengikat tubuh Sari. Begitu manis hidup ini. Sedikit yang bisa
menjalani hidup seperti ini.
Selintas
Ivan teringat akan pacar-pacarnya yang dulu. Sepertinya ini juga akan berakhir
sama. Batin Ivan menduga dengan sedikit ragu jika mereka berpisah nanti.
“Ntar
sore gua pulang ke Bandung,” ia memberi tahu kepada Sari. Terlihat murung
dimukanya.
“Bukannya
besok,” Sari menahan. Sepertinya ia masih ingin sekali terus bersama.
“Ntar
...kalau ada hari libur atau ada acara lagi di Jakarta pasti gua kesini lagi,”
Ivan menegarkan keraguan dari benak Sari.
“Janji,
ya..?” kembali sari angkat bicara sambil mengangkat tangannya dengan jarinya
membentuk angka Ve. Pelukan tangan ke bahunya seperti itu adalah jawaban dari
Ivan yang tepat. Ini sepertinya tempat terakhir yang akan mereka kunjungi,
yaitu Mall, disamping membeli sesuatu di sana juga bisa heppy fun.
Gandengan
tangan mereka berdua sepertinya tak pernah lepas meski harus berdesak atau
melawan arus angin sekalipun.
“Jaga
diri baik-baik ya....,” Sari memberi pesan.
“Elo
juga.” Disertai cium kening dan pipi kanan, sebagai pertanda perpisahan. Sari kembali menarik tangan Ivan,
rupanya hanya senyum saja. Lambaian tangan seperttinya tak terputus sampai
mobil yang membawa Ivan tertelan oleh jarak. Sari terlihas sedih seketika ia masuk
kedalam mobil.
*****
Bandung berseri-seri menatap datangnya
Ivan. Ia masih tertidur di kursi nomor dua mobil travel yang ia tumpangi. SMS
membangunkannya, rupanya dari Sari hanya menanyakan sudah sampai atau belum.
Dengan penuh puitis ia membalas SMS itu. Masuk SMS selanjutnya,
From : Gugun 18:14:48
Gmn acr nya asik g’ tu...!
Kpn plg ke bdg ..?
Mbak Popy tyain qm kta nya
salam rindu.Cpat plng...mat
Happy.
Tersenyum sendiri Ivan membaca SMS
itu, begitu ia kaget seorang Popy salam dengan orang sepertinya.
To : Gugun 18:20:16
Blng ma Mbak Popy Ngak slh ....
Salm kmbli, mita
no dia...
Aq lg dlm
prjlnan plg, 1 jm lg smpi.
“sent”
Gugun tersemun melihat masih liarnya hati
Ivan. Tak pernah puas dengan satu kekasih. Tapi, Gugun tetap menjaga omongannya
supaya tak menyakiti atau mnyinggung perasaan Ivan. Kemudian ia membalas
disertai nomor Popy sebagai permintaan Ivan.
Malam begitu cerah sekali. Ia sendiri
didepan teras lantai dua di rumahnya. Gugun memang orang yang santai, ia tidak
seperti Ivan yang ranjin baca buku atau didepan komputer. Gugun lebih suka baca
majalah. Ponselnya tak lama bergetar yang beerpusat dari saku celana.
”Kok Mbak Popy nelpon ada apa ya..?”
penasaran sekali Gugun. Terus bergetar ponselnya.
“Kalau ia nawarin job nggak bakalan gua
ambil.” Mengerutu sendiri ia jadinya. Ia sangat malas sekali ada job pada
hari-hari yang melelahkan seperti ini. Karena beberapa hari ini kuliahnya
terbengkalai.
”Halo, Mbak ada apa..nih.” suara Gugun
lembut.
“Tau nggak Gun ...barusan Ivan SMS Mbak.
Dia dapet nomor Mbak dari mana...?” tanya Mbak Popy seperti benar-benar
penasaran dengan sosok Ivan yang super keren.
Gugun tertawa-tawa tidak langsung menjawabnya. Ia sangat heran Mbak Popy
itu cocoknya jadi Ibunya Ivan bukan gebetan. Dalam hatinya.
”Dari gua Mbak, abisnya dia minta
sih...ngak pa-pa kan....?” Gugun mencoba menjelaskan.
”Nggaklah, malah bagus lagi Mbak bisa tau
nomor dia jadi nggak harus lewat kamu.” Mbak Popy dengan genit mengutarakan isi
hatinya yang sangat ingin bisa dekat-dekat dengan Ivan secepatnya. Mbak Popy
adalah designer yang sangat terkenal pada masa-masa sekarang ini. Ia sering
memberikan Job pada Model-model muda seperti Ivan, Gugun dan lainnya. Biasanya
untuk pameran atau dalam lomba Fashion
Show dengan busana rancangan Mbak Popy.
**BERSAMBUNG**
No comments:
Post a Comment