Oleh: Mulyadi Saputra (Moel)
Bagian 5
Cinta Vs Dusta
Janji muluk Ivan sangat di dengarkan oleh Heni. Seperti
tidak tahu gombalan cowok saja. Padahal permintaan-permintaannya sangat jarang
sekali di kabulkan oleh Ivan. Jalan-jalan, nongkrong di kafee sampai minta
antar ke suatu tempatpun selalu tak pernah dituruti Ivan. Alasan
bermacam-macampun terkeluar darinya. Heni sepertinya sangat waspada sekali
dengan kalau pacarnya akan berubah dalam waktu yang sebentar. Seperti yang
diungkapkan salah seorang tokoh “Bila kita memperoleh sesuatu dengan mudah
maka, akan mudah pula hilang dari kita.”
Sama
halnya Heni mendapatkan Ivan. Sangatlah mudah, sekali saja ia dekat dengan Ivan
dengan menjual bagaimana kemolekan tubuh dan lentik jarinya, hati Ivan dengan
mudah terkobar dan menyambar seperti petir.
Sesal
Heni tidak terkira saat ia merasakan kebohongan dari orang yang sangat ia
banggakan itu.
“Heni,
kemana ..? sombong gitu...nggak inget kemarin .. apa..? senyum meledek dari
bibirnya.
Sekonyong-konyong
Ivan meledek. Ia mengingatkan apa yang pernah mereka perbuat di kosan Heni
tempo lalu. Heni menunduk kesal. Menyesali apa yang pernah ia berikan pada
seorang keparat seperti Ivan. Hati Heni kini tak terbayangkan hancurnya.
“Cinta itu bushit.” Pekiknya dalam hati.
****
Sepulang kuliah Ivan menyempatkan untuk mampir
kerumah Dino, ia telah lama sekali tidak bertemu. Wajarlah, selain rumahnya
jauh, mereka juga telah berlainan sekolah. Semasa SMA mereka selalu bersama
namun sekarang berlainan kampus meski masih dalam wilayah kota Bandung.
Ting....Tong....
bell rumah Dino telah di tekan Ivan. Keluar seorang lelaki dengan rambut
godrong memakai baju lengan buntung alias can
see.
”Eh...Ivan,
tumben ada apa nih. Masuk..Masuk.” ia menyambut dengan ramah, sambil menarik
tangan Ivan. Ivan terlihat gerogi dengan rumah megah seperti ini. Meski dulu
mereka sering kumpul bersama di situ tapi tetap saja kikuk setelah lama tidak
pernah datang ke situ kembali. Terlihat sosok laki-laki dikamarnya yang asik memainkan
gitar.
”Kenalin,
ini temen gua. Bima.” Doni sembari mengacungkan tangan kearah cowok berjerawat
itu. Ia langsung mengacungkan tangan kearah Ivan dengan senyum.
”Bima”
sambil melepaskan gitar yang terdekap erat di dadanya. Ivan menyambutnya dengan
senyum pula,
”Ivan.”
terdengar lirih ia menyebut namanya sendiri. Doni langsung menceritakan
keakraban dan kebersamaannya sewaktu SMA dulu bersama Ivan.
”Masih
sibuk di dunia model Van...?” tanyanya. Ivan menganggukkan kepalanya.
”Iya.”dengan
sangat singkat sekali pemuda yang terkelit dengan banyak wanita sekarang ini.
Maklumlah ia punya modal. Dari wajahnya yang ganteng ditambah banyak duit,
cewek mana yang tidak kepincut dengan lelaki seperti itu.
Ivan
sambil menyalakan korek untuk menghidupkan rokok yang terselip manis di jari
kirinya, ia mengajak jalan-jalan atau kemping yang telah lama sekali tidak
mereka lakukan. Padahal dulu mereka sangat sering dengan satu temannya lagi
bernama Bram. Sekarang cowok yang punya hobi petualang itu telah menghilang
dari kota Bandung. Ia meneruskan studinya di Singapura.
****
tiba-tiba
Heni SMS memaki-makinya. Ia menagih janji-janji manis darinya. Ivan malah
tersenyum-senyum geli melihat perempuan. Lalu ia malah SMS,
To : Heni 14:28:13
Hen, sblm nya gw mta maaf kalu tlah nyktin elo.
Tp, bkn maksd gw
gtu.Cinta tdk bsa dpaksa.
Klu dlu gw blng
cinta itu hnya menghrgai lo krn lo baik bgt ma gw.
“Sent”
Sungguh tak tertahankan pedih yang dirasakan Heni
saat itu. Ivan sama sekali tak pernah merasakan betapa orang yang mencintai dia
itu jungkir balik. Bantak guling adalah ajang pelampiasan tangis Heni. Kasihan
benar dia, baru saja Ayahnya pergi keluar kota, katanya untuk memenuhi tuntutan
kerja, padahal dia tahu persis kalau Ayahnya pergi dengan seorang sekretarisnya.
Ibunya telah dibohongi habis-habisan oleh Ayahnya. Tapi, kalau di9a mengadu
pada Ibunya maka dia akan lebih sakit hati. Karena Ibunya tak pernah mau
menuntut haknya. Ibunya terlalu lemah untuk melakukan itu. Padahal sewaktu
didepan hakin saat malaksanakan akad nikah telah berjanji didepan saksi untuk
tidak berbuat seperti itu. Ia begitu kesal dengan Ayah dan Ivan dan semua laki-laki
di muka bumi ini. Baginya semua laki-laki itu sama.
**BERSAMBUNG**
No comments:
Post a Comment