Bagian 7
Pagi Yang Hilang
Ibunya
beberapa kali bertanya selama ini ia di mana..? begitu banyak telpon yang masuk
banyak sekali bertanya tentang Ivan yang menghilang begitu saja.
“Aku pengen ngilangin
setres Bu, refreshing....” ucapnya sambil memakai handuk, hendak mandi
sepertinya.
Sang
ibu hanya senyum.
“Anak muda sekarang asal stres dikit aja,
langsung jalan-jalan kemana aja coba saja Ibu dulu, mau keluar saja susah apa
lagi mau hura-hura,” ngomong sendiri habisnya Ibu melihat tingkah anaknya.
Sambil siul-siul ia di kamar mandi, supaya tidak begitu terasa dingin air yang
ada dalam bak. Terdengar suara Ayahnya yang menanyakan, apakah ia udah pulang.
Hatinya langsung dak...dik...dug...! dia sangat takut sekali dengan Ayahnya.
Anak muda itu langsung saja nyelonong
tanpa menegur Ayahnya yang sedang duduk di meja makan. Sengaja Ayah menunggu
Ivan supaya bisa makan bareng, maklum keluarga yang penuh dengan kesibukan
pasti hanya waktu makan malam saja yang bisa menyatukan mereka. Jika mengingat
itu semua, betapa berartinya sebuah makan malam bagi orang sibuk seperti itu.
“Van, nylonong aja..” tegur Ibunya. “Ayah udah
tiga hari nggak lihat kamu, sapa dong..” nasehat Ibunya seperti tidak terdengar
oleh Ivan. Dengan lari-lari kecil ia masuk ke kamarnya. Tampak basah seluruh
badan. Kembali Ibuya menggelengkan kepala.
“Malam Yah...” sapa Ivan saat duduk di depan
ruang makan itu.
“Kemana saja kamu..? kasih tahu dong kalau
pergi keman, jangan main nylonong sana nyelonong sini, kayak orang ga’ terdidik
saja. Ini Cuma SMS. Tidak jelas lagi kemana perginya. Bikin orangtua cemas saja,”omelan
sang Ayah membuat ia tertunduk malu didepan layar kaca.
“Maaf...Yah, Abisnya mau telpon sinyalnya
nggak kuat jadi susah nyambungnya.” pintanya dengan ucapan yang lembut.
”Sudah....Sudah...Makan gi sini bareng.”
ucap Ibunya seraya menciduk-cidukkan nasi ke dalam piring. Tanpa menolak Ivan
langsung duduk di samping kiri Ayahnya.
****
Deras angin malam menghanyutkan bisik mata yang
tersudut dalam keasikan menatap indahnya langit, dengan hiasan bintang dan
rembulan yang terpotong seperti celurit yang tajam menembus gelapnya suasana
hening.
Berangsur Ivan masuk kedalam alam mimpi
yang selalu menerangi katupan mata untuk menerjang malam. Bunyi binatang malam
terdengar merdu dengan iringan nada yang begitu khas bagi mereka. Kodok,
Jangkrik, dan binatang malam yang lain terus menempuh indahnya malam yang
cerah. Berdansa dengan meriahnya mereka menyambut pagi yang akan membawanya dengan
kesilauan yang panjang.
Pagi menjelang dengan fajar mulai
menyingsing pertanda matahari akan siap menyorotkan cahaya kemuka bumi bagian
timur. Aktivitas sebentar lagi akan
berjalan sebagaimana biasanya. Setelah sorot matahari benar-benar panas maka banyak orang akan merintih dengan
sengatan cahaya yang menusuk kulit dan pori-pori.
Jam 10.00 sekarang. Ivan belum juga
bangun, sepertinya ia sangat lelah sekali sehingga tidur pulas adalah obat yang
akan menyembuhkan. Suara ponsel berdering beberapa kali, tak juga bangunkannya.
Kali ini Ibunya yang mendengar deringan kencang langsung mengetuk pintu
kamarnya.
”Van....Bangun, pagi udah hilang
kemana...! kamu belum bangun juga. Hp kamu dari tadi berdering terus tuh.”
Ibunya sambil menggoyang-goyangkan gagang pintu kamar. Ia lalu membukakan
pintu, lusuh mukanya dan rambut yang acak-acakan.
”Apa, Bu” tanyanya.
”Hp kamu dari tadi dering-dering terus.”
sambil beranjak pergi dari situ. Ia masuk kamar lagi dan langsung menggapai
ponsel yang tergeletak di tempat tidur.
From : Sari 10:45:05
Mat pagi Van..
Kmna aja kok g’
prnh ksih kbr lg sih?
Udh lupa ma gw
ya?
Dr tdi gw tlp2
g’ dngkat2.
Ivan hanya tersenyum membaca SMS dari Sari. Kemudian ia
membuka SMS dari Mbak Popy,
From : Mbak Popy 09:12:35
Van...bisa ktmu g’ mlm ini.Bls...Muah
Kali ini ia tak bisa tertawa sama sekali. Ia malah
bingung, mau di tolak ajakannya, merasa tidak pantas alias tidak enak namun
jika ia temui maka itu adalah sesuatu yang akan membuat ia hancur.
To : Mbak Popy 10:53:52
Sori aq da acra mlm ini.
Lain kali aja Mbak....
“sent”
Padahal ia sama sekali hari ini dan sampai malampun
tidak ada kegiatan, kuliah juga libur aktivitas lain juga kosong. Tapi ia tidak
membalas SMS dari Sari sepertinya ia telah hilangkan cerita tentang Sari saat
ini.
****
Senja
telah menantang manis di utuk barat, dengan merona kuning sorotnya. Terbias
oleh air laut yang kian tenang. Masih terlihat para nelayan yang terus asik
dengan jaring perangkapnya. Sementara Gugun mepisnya dengan mengendarai Motor
menuju keramaian kota. Terlihat di sana sekelompok pemuda sedang asik bercanda.
Diantaranya Anto, Jacky, dan Sonni.
”Hai,..Bro’ udah lama, nunggunya..?”
Gugun sambil memarkirkan kendaraannya tepat di sisi tempat mereka duduk.
”Dari
tadi Gua nunggu, mau gua SMS elonya nggak ada HP” Sonni sepertinya kesal.
Memang Gugun saat ini tidak punya ponsel sebab telah terjual dulu. Ia tergolong
cowok yang penuh pendirian. Dia kuliah namun ia tidak mau sama sekali meminta
uang dari orangtuanya. Jadi ia kuliah dari hasil keringatnya sendiri, hasil
honor tampil itulah yang menjadi tempuannya. Makanya ia sering tidak masuk
kuliah. Bukan tak punya uang tetapi ia mencari tambahan uang.
Mereka
semua ingin berangkat kesebuah tempat yang berisi orang yang happy fun atau
sering disebut DUGEM. Mereka langsung berangkat menuju laokasi. Tidak jauh dari
tempat mereka kumpul tadi. Parkiran mobil terlihat masih kosong karena masih
sore, mungkin nanti malam akan lebih ramai dan bertumpuk tentunya.
Botol
minuman telah tersusun di hadapan sekolompok pemuda itu, namun tidak untuk
Gugun. Memang banyak sekali yang kagum dengannya, ia bisa membentengi dirinya
meski teman-temannya yang tidak sedikit memeluk pergaulan bebas seperti itu.
Jangankan ia minum-minuman keras, merokok saja ia tidak mau. Sering kali ia di ledek
dan di ejek teman-temannya yang mengajaknya untuk terjerumus dalam dunia
hancur.
Kini
teman-temannya mulai tidak karuan ngomongnya, malah itu dibuatnya menjadi
lelucon. Tiba-tiba Ivan muncul dengan
tidak diduga.
”Wah,
lagi pesta nih..?” Ivan sambil ikut nimbrung di sana.
”Ivan,....apa
kabar nih..?” Gugun menyapanya dengan tetertawa lebar. Begitu pula
teman-temannya yang lain juga ikut-ikutan menyapa. Ada juga yang langsung
menawarinya minum. Tidak banyak kata Ivan langsung mengangkat gelas yang terisi
penuh dengan cairan alkohol itu.
Malam
itu serasa lengkap sekali disamping minuman banyak juga kebersamaan mereka yang
tergolong jarang. Sebenarnya Ivan tadinya tidak berniat untuk ke situ, entah
dorongan apa akhirnya ia coba-coba masuk. Disanalah biasa mereka kumpul selama
ini.
Ivan
tak mau minum banyak sepertinya. Dari tadi ia hanya sekedar menghormati
temannya yang terus menyuruh untuk ikut gabung dalam dunia hayal yang kelabu.
Gugun terus menggenggam sebuah minuman soda yang baginya itulah minuman malam
yang enak dan menyegarkan.
Jam
01.23 dini hari. Mereka mulai meninggalkan tempat itu dengan seksama meski arah
pulang yang sangat jauh berbeda.
****
Setelah sampai di rumah Ivan langsung
menuju kamarnya dan langsung terbaring nyenyak. Mungkin ada pengaruh alkohol
juga yang membuatnya begitu mudah untuk melepas semuanya. Biasanya ia selalu
baca buku dan novel untuk penghatar tidurnya namun kali ini beda.
Sedangkan
teman-temannya ada yang terus bergadang. Ada yang pulang diantaranya Gugun dan
Ivan. Gugun tidak pernah mengikuti jejak seperti mereka. Itulah Gugun yang
teguh memegang apa yang menjadi pendiriannya, ia tidak pernah mau begadang jika
itu tidak berarti. Tapi, lain halnya jika ia ada pekerjaan yang memang harus
dikerjakan saat itu dan mendorongnya untuk bergadang. Lain halnya Ivan ia
memang hampir tiap malam didepan Laptop sampai larut. Baginya tidur bukan
satu-satunya, jika ia masih menghasilkan sesuatu mengapa harus tidur. Toh tidur
dari kecil sudah dan sampai tua juga masih akan merasakan kalau umur panjang.
**BERSAMBUNG**
No comments:
Post a Comment