Monday, February 18, 2013

Cerbung: Perempuan Setengah Hati 7



Bagian 7
Pagi Yang Hilang
            Ibunya beberapa kali bertanya selama ini ia di mana..? begitu banyak telpon yang masuk banyak sekali bertanya tentang Ivan yang menghilang begitu saja.
            “Aku pengen ngilangin setres Bu, refreshing....” ucapnya sambil memakai handuk, hendak mandi sepertinya.
            Sang ibu hanya senyum.

“Anak muda sekarang asal stres dikit aja, langsung jalan-jalan kemana aja coba saja Ibu dulu, mau keluar saja susah apa lagi mau hura-hura,” ngomong sendiri habisnya Ibu melihat tingkah anaknya. Sambil siul-siul ia di kamar mandi, supaya tidak begitu terasa dingin air yang ada dalam bak. Terdengar suara Ayahnya yang menanyakan, apakah ia udah pulang. Hatinya langsung dak...dik...dug...! dia sangat takut sekali dengan Ayahnya.
Anak muda itu langsung saja nyelonong tanpa menegur Ayahnya yang sedang duduk di meja makan. Sengaja Ayah menunggu Ivan supaya bisa makan bareng, maklum keluarga yang penuh dengan kesibukan pasti hanya waktu makan malam saja yang bisa menyatukan mereka. Jika mengingat itu semua, betapa berartinya sebuah makan malam bagi orang sibuk seperti itu.
“Van, nylonong aja..” tegur Ibunya. “Ayah udah tiga hari nggak lihat kamu, sapa dong..” nasehat Ibunya seperti tidak terdengar oleh Ivan. Dengan lari-lari kecil ia masuk ke kamarnya. Tampak basah seluruh badan. Kembali Ibuya menggelengkan kepala.
“Malam Yah...” sapa Ivan saat duduk di depan ruang makan itu.
“Kemana saja kamu..? kasih tahu dong kalau pergi keman, jangan main nylonong sana nyelonong sini, kayak orang ga’ terdidik saja. Ini Cuma SMS. Tidak jelas lagi kemana perginya. Bikin orangtua cemas saja,”omelan sang Ayah membuat ia tertunduk malu didepan layar kaca.
“Maaf...Yah, Abisnya mau telpon sinyalnya nggak kuat jadi susah nyambungnya.” pintanya dengan ucapan yang lembut.
”Sudah....Sudah...Makan gi sini bareng.” ucap Ibunya seraya menciduk-cidukkan nasi ke dalam piring. Tanpa menolak Ivan langsung duduk di samping kiri Ayahnya.
****
Deras angin malam menghanyutkan bisik mata yang tersudut dalam keasikan menatap indahnya langit, dengan hiasan bintang dan rembulan yang terpotong seperti celurit yang tajam menembus gelapnya suasana hening.
Berangsur Ivan masuk kedalam alam mimpi yang selalu menerangi katupan mata untuk menerjang malam. Bunyi binatang malam terdengar merdu dengan iringan nada yang begitu khas bagi mereka. Kodok, Jangkrik, dan binatang malam yang lain terus menempuh indahnya malam yang cerah. Berdansa dengan meriahnya mereka menyambut pagi yang akan membawanya dengan kesilauan yang panjang.
Pagi menjelang dengan fajar mulai menyingsing pertanda matahari akan siap menyorotkan cahaya kemuka bumi bagian timur.  Aktivitas sebentar lagi akan berjalan sebagaimana biasanya. Setelah sorot matahari benar-benar  panas maka banyak orang akan merintih dengan sengatan cahaya yang menusuk kulit dan pori-pori.
Jam 10.00 sekarang. Ivan belum juga bangun, sepertinya ia sangat lelah sekali sehingga tidur pulas adalah obat yang akan menyembuhkan. Suara ponsel berdering beberapa kali, tak juga bangunkannya. Kali ini Ibunya yang mendengar deringan kencang langsung mengetuk pintu kamarnya.
”Van....Bangun, pagi udah hilang kemana...! kamu belum bangun juga. Hp kamu dari tadi berdering terus tuh.” Ibunya sambil menggoyang-goyangkan gagang pintu kamar. Ia lalu membukakan pintu, lusuh mukanya dan rambut yang acak-acakan.
”Apa, Bu” tanyanya.
”Hp kamu dari tadi dering-dering terus.” sambil beranjak pergi dari situ. Ia masuk kamar lagi dan langsung menggapai ponsel yang tergeletak di tempat tidur.

From : Sari        10:45:05
Mat pagi Van..
Kmna aja kok g’ prnh ksih kbr lg sih?
Udh lupa ma gw ya?
Dr tdi gw tlp2 g’ dngkat2.

Ivan hanya  tersenyum membaca SMS dari Sari. Kemudian ia membuka SMS dari Mbak Popy,



From : Mbak Popy             09:12:35
     Van...bisa ktmu g’ mlm ini.Bls...Muah

Kali ini ia tak bisa tertawa sama sekali. Ia malah bingung, mau di tolak ajakannya, merasa tidak pantas alias tidak enak namun jika ia temui maka itu adalah sesuatu yang akan membuat ia hancur.

            To : Mbak Popy     10:53:52
     Sori aq da acra mlm ini.
     Lain kali aja Mbak....

“sent”

Padahal ia sama sekali hari ini dan sampai malampun tidak ada kegiatan, kuliah juga libur aktivitas lain juga kosong. Tapi ia tidak membalas SMS dari Sari sepertinya ia telah hilangkan cerita tentang Sari saat ini.
****
            Senja telah menantang manis di utuk barat, dengan merona kuning sorotnya. Terbias oleh air laut yang kian tenang. Masih terlihat para nelayan yang terus asik dengan jaring perangkapnya. Sementara Gugun mepisnya dengan mengendarai Motor menuju keramaian kota. Terlihat di sana sekelompok pemuda sedang asik bercanda. Diantaranya Anto, Jacky, dan Sonni.
            ”Hai,..Bro’ udah lama, nunggunya..?” Gugun sambil memarkirkan kendaraannya tepat di sisi tempat mereka duduk.
            ”Dari tadi Gua nunggu, mau gua SMS elonya nggak ada HP” Sonni sepertinya kesal. Memang Gugun saat ini tidak punya ponsel sebab telah terjual dulu. Ia tergolong cowok yang penuh pendirian. Dia kuliah namun ia tidak mau sama sekali meminta uang dari orangtuanya. Jadi ia kuliah dari hasil keringatnya sendiri, hasil honor tampil itulah yang menjadi tempuannya. Makanya ia sering tidak masuk kuliah. Bukan tak punya uang tetapi ia mencari tambahan uang.
            Mereka semua ingin berangkat kesebuah tempat yang berisi orang yang happy fun atau sering disebut DUGEM. Mereka langsung berangkat menuju laokasi. Tidak jauh dari tempat mereka kumpul tadi. Parkiran mobil terlihat masih kosong karena masih sore, mungkin nanti malam akan lebih ramai dan bertumpuk tentunya.
            Botol minuman telah tersusun di hadapan sekolompok pemuda itu, namun tidak untuk Gugun. Memang banyak sekali yang kagum dengannya, ia bisa membentengi dirinya meski teman-temannya yang tidak sedikit memeluk pergaulan bebas seperti itu. Jangankan ia minum-minuman keras, merokok saja ia tidak mau. Sering kali ia di ledek dan di ejek teman-temannya yang mengajaknya untuk terjerumus dalam dunia hancur.
            Kini teman-temannya mulai tidak karuan ngomongnya, malah itu dibuatnya menjadi lelucon.  Tiba-tiba Ivan muncul dengan tidak diduga.
            ”Wah, lagi pesta nih..?” Ivan sambil ikut nimbrung di sana.
            ”Ivan,....apa kabar nih..?” Gugun menyapanya dengan tetertawa lebar. Begitu pula teman-temannya yang lain juga ikut-ikutan menyapa. Ada juga yang langsung menawarinya minum. Tidak banyak kata Ivan langsung mengangkat gelas yang terisi penuh dengan cairan alkohol itu.
            Malam itu serasa lengkap sekali disamping minuman banyak juga kebersamaan mereka yang tergolong jarang. Sebenarnya Ivan tadinya tidak berniat untuk ke situ, entah dorongan apa akhirnya ia coba-coba masuk. Disanalah biasa mereka kumpul selama ini.
            Ivan tak mau minum banyak sepertinya. Dari tadi ia hanya sekedar menghormati temannya yang terus menyuruh untuk ikut gabung dalam dunia hayal yang kelabu. Gugun terus menggenggam sebuah minuman soda yang baginya itulah minuman malam yang enak dan menyegarkan.
            Jam 01.23 dini hari. Mereka mulai meninggalkan tempat itu dengan seksama meski arah pulang yang sangat jauh berbeda.
****
Setelah sampai di rumah Ivan langsung menuju kamarnya dan langsung terbaring nyenyak. Mungkin ada pengaruh alkohol juga yang membuatnya begitu mudah untuk melepas semuanya. Biasanya ia selalu baca buku dan novel untuk penghatar tidurnya namun kali ini beda.
Sedangkan teman-temannya ada yang terus bergadang. Ada yang pulang diantaranya Gugun dan Ivan. Gugun tidak pernah mengikuti jejak seperti mereka. Itulah Gugun yang teguh memegang apa yang menjadi pendiriannya, ia tidak pernah mau begadang jika itu tidak berarti. Tapi, lain halnya jika ia ada pekerjaan yang memang harus dikerjakan saat itu dan mendorongnya untuk bergadang. Lain halnya Ivan ia memang hampir tiap malam didepan Laptop sampai larut. Baginya tidur bukan satu-satunya, jika ia masih menghasilkan sesuatu mengapa harus tidur. Toh tidur dari kecil sudah dan sampai tua juga masih akan merasakan kalau umur panjang.
**BERSAMBUNG**

No comments:

S i n o p s i s Novel: Mencari Aku Waktu Dan Rahasia Dunia

Mencari Aku, Waktu, dan Rahasia Dunia adalah judul dari novel ini. Novel ini menceritakan tentang seorang anak muda dalam proses pencarian. Tokoh utamanya adalah ‘Aku’ dengan nama Fajruddin Saleh bin Tjik Saleh dengan karakter pemuda yang idealis dan memiliki seorang kekasih yang berbeda kepercayaan (ia memanggil kekasihnya itu si Manis, nama aslinya Resita Maulia). Tokoh utama adalah seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik di salah satu universitas di Bandung yang sedang bercerita tentang bagaimana jika ia telah memperoleh gelar sarjana nanti. Ia sedang menjawab sebuah pertanyaan dari temannya (Ivan), di sebuah Pantai Kuta Bali. Novel ini banyak menggunakan pengibaratan, ini kutipan paragraph di dalamnya: Sekarang siang sudah terbentang seperti bioskop yang baru selesai filmnya. Byar...! nyala lampunya. Terang jadinya. Sedangkan orang yang sedang bercumbu langsung berusaha bertingkah seperti orang baru pulang dari masjid, kaki-tangannya langsung kembali kehabitatnya dan buru-buru mengancing segala kancing, celana juga baju. Merapikan rambut yang sama-sama kusut, tak jelas penyebabnya. Mengelap seluruh bagian tubuh yang basah, tak tahulah kalau bagian lain yang basah, di elap atau dibiarkan. Hussss... adegan kegelapan sudah usai! Mirip sekali perbuatan itu dengan penumpang dalam bus ini, ada yang mengusap air liur yang meleleh dibibir, ada yang memoles-moles mata belekan, dan merapi-rapikan rambut yang kusut dan baju yang semerawut, dikancingnya kembali. Masa tidur telah usai. Mau tahu kenapa? Sebab banyak orang menggunakan kegelapan sebagai ajang aji mumpung! Mumpung orang tidak tahu. Mumpung orang tak ada yang lihat, saya boleh melakukan apa saja, dll, dan dll. Maka terjadilah....adegan setiap kegelapan datang. Tokoh utama akan pulang kampung bila telah selesai kuliah nanti karena tak mampu untuk terus menyandang status pengangguran. Nah, dalam perjalanan pulang itu ia memperoleh banyak pengalaman dari seorang fotografer, seorang wanita yang sudah berkeluarga, keluarga perantauan dan seorang petualang. Pada setiap pertemuan ia selalu ngobrol dan bercerita. Jadi novel ini mengisahkan bercerita lalu dalam cerita itu ada lagi cerita. Jidi, novel ini sengaja ditulis dengan penuh canda, kata-kata yang lucu dan terkadang terdengar norak dan canggung di telinga. Sebab saya ingin menghibur, agar setiap pembaca dapat tertawa di samping keseriausannya mengolah semua pesan yang tersirat dalam isi novel. Bukan hanya itu saja isinya, tokoh utama juga meneruskan ceritanya dengan Ivan dengan lamunan. Dalam lamunan tokoh utama ia setelah di kampung halaman, ia mendirikan sekolah gratis untuk buta huruf. Dan sampai ia bekerja di sebuah instansi pemerintahan, kemudian ia kembali lagi ke Bandung untuk mencari impiannya. Ending dari novel ini sengaja saya buat menggantung, agar pembaca yang meneruskan kisahnya… Pesan yang ingin saya sampaikan dalam novel ini yaitu:  Sebuah kisah perjalanan. Disana saya ingin sekali menggambarkan bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan dan penuh pencarian. Pencarian didunia ini tak lain adalah pencarian kepuasan. Sebab, kepuasan adalah tingkat teratas dari semua level pencarian. Adakah seseorang memperoleh kepuasan? (sudah punya motor ingin mobil, punya istri satu pingin dua dan sebagainya), dan disetiap pencarian tak luput dari sebuah perjalanan baik itu perjalanan sebenarnya atau hanya perjalanan pikiran.  Saya juga ingin menyoroti masalah lapangan pekerjaan dan pengangguran di Negara kita yang tercinta ini. Ada satu anekdot “Yang ahli dan bahkan sarjana saja pengangguran apa lagi tidak sekolah dan tak ahli” lapangan pekerjaan di Indonesia memangsungguh sulit. Dan bahkan tingkat pengangguran semakin hari semakin mertambah.  Pendidikan gratis buta huruf. Saya ingin menyinggung tentang pemerataan pendidikan di Indonesia. Sebab banyak daerah terpencil di Indonesia masih belum tahu huruf alias buta huruf. Contoh di wilayah Papua berapa persen orang yang dapat membaca dan menulis?, lalu di wilayah Jambi ada yang dinamakan Suku Anak Dalam (Kubu), nah suku ini bisa dikatakan, orang yang tak terjamah oleh huruf. Masih banyak sekali penduduk Indonesia yang tak dapat membaca dan menulis sebenarnya.  Tokoh utama kembali lagi kekampung dan setelah itu kembali lagi ke Bandung. Itu adalah pesan yang sangat dasar, bahwasanya kehidupan adalah sebuah siklus waktu. Dimana ada kelahiran ada pula kematian, dimana ada kejayaan juga ada keterpurukan.