Bagian 12
Tak Pandang Bulu
Yadi adalah teman lama Ivan. Mereka
berteman dari SMA namun mereka akhir-akhir ini jarang bertemu dan komunikasipun
terlihat jarang. Saat Ivan pergi kesebuah taman di Bogor mereka bertemu dan saling
menanyakan kabar. Saling canda. Keakraban kembali terjalin sebagaimana dulu
sewaktu di SMA. Yadi ditemani seorang perempuan. Pacarnya. Ivan tak sengaja di sana
ia hanya menghadiri acara keluarga. Kebetulan lokasi yang ditempatkan di Bogor.
Ivan diperkenalkan dengan pacar Yadi.
Tubuhnya sangat menggoda sekali. Tinggi, putih dan rambutnya lurus panjang.
Ivan menebar senyum padanya.
“Kuliah di mana...?” Ivan memulai
pembicaraan. Perempuan itu tersenyum lugu. Ia tak menjawab. Yadi langsung
bercerita tentang keakraban mereka dulu.
Perempuan itu namanya Emma. Sepertinya ia
juga menaruh perhatian pada Ivan. Waktu tak berpihak pada mereka. Yadi pergi
membeli minuman.
“Boleh minta nomor kontak kamu...?” pinta
Emma, saat kesempatan menyerang.
“Dengan senang hati ...” senyumpun menebar
diantara insan yang sedang mencari celah di benak. Tak lama Yadi duduk di sana
Ivan pun di panggil oleh Ayahnya. Ivan pulang.
Saat senja menantang di utuk barat, satu
SMS masuk.
From : Emma 17:57:25
Hi Van...udh
smpai rmh blm..? capek ya...?
sama ak jg
capek.Ak baru smpai rmh nih... km udh
mkan blm...? blz
Ivan senyum-senyum sendiri membaca SMS itu dengan
penuh pesona Ivan membalasnya,
To : Emma 17:59:41
Udh dr tdi...klu
cpek sih lmayan. Msih sma Yadi ga..? gw lom mkan, bareng yuk....he..he...he..lo
udh mkn lom..? LeZ
“sent”
Mereka terus bergelut dalam layar ponsel. Emma
pun tak segan untuk bercerita tentang hubungan mereka dengan Yadi. diancam
kehancuran. Sekalipun Ivan tak biasa curhat namun ia sangat menghargai
curhatan-curhatan teman. “Apasih susahnya mendengarkan omongan orang.” Ia
selalu berkata saat ia sendiri sadar kalau banyak sekali orang yang curhat
padanya.
Ia juga mengirimkan seutas cinta yang
kecil lewat SMS. Emma juga meresponnya dengan begitu semangat. Mereka mengatur
waktu untuk bisa ngobrol langsung. Emma janji akan datang kekampus Ivan pada
waktu senggang nanti.
Ivan saat ini kosong. Hatinya hanya panas
pada pertanyaan seseorang saat diskusi tempo hari. Seperti terus terniang-niang
dalam kupingnya. “Tulisannya udah sering di muat di media...Mas... ?” itulah yang membuat ia terus berusaha
berperang di depan laptopnya. Tak perduli ia sedang capek sekalipun.
****
Rabu sore dengan gemericik hujan dan sorot
matahari yang begitu menyengat. Kata orang dulu “Kalau panas campur gerimis
banyak penyakit yang turun dari langit.” Namun kelas yang berisi 34 mahasiswa
itu terus ramai dengan debat dan diskusi.
From : Emma 14:54:07
Van km kul
ga...? ak ke kps km ya... blz
Seketika Ivan tercengang dahsyat.
To : Emma 14:56:15
gw lg kul. Jam 4 slsai. Gw tggu...ok
“Sent”
Ivan dengan singkat sekali menjawab. Ia sedang
sibuk meladeni seorang penanya yang terbelit-belit. Membuat ia sedikit emosi.
Gugun
tersenyum melihat Ivan begitu gemas menghadapi pertanyaan-pertanyaan. Ia juga
mencoba mengganggu konsentrasi Ivan saat itu. Ia menanyakan sesuatu hal yang
keluar dari pokok bahasan. Semakin gereget.
Setelah
perkuliahan selesai ia mencoba SMS kembali Emma.
To : Emma 16:02:53
Kesini aja gw tggu. Di dpan kmps gw. Pintu gerbang.
“Sent”
Ivan juga mengharapkan kehadiran Emma. Dasar
buaya.
Tak
lama mobil warna biru dongker masuk dengan nomor polisi D 1403 CW masuk pintu gerbang. Klakson berbunyi seperti
memanggilnya. Kaca mobilpun terbuka, didalamnya seorang perempuan cantik yang
ia tunggu. Memakai baju hitam dan celana jeans di atas lutut. Begitu cantik
dengan hias paha yang putih.
“Van...”
sapa Emma dengan riang. Lambaian tangannya menggoda Ivan untuk segra
mendekatinya.
“Eh,...nyampek
juga ternyata.” Senyum Emma menjawab seluruh pertanyaannya seketika. Heni lewat
tanpa sapa namun terlihat jelas kepedihan hatinya.
“Siapa
itu..kok serem gitu mandangin aku.” Emma keluar sambil menanyakan sesuatu yang
tidak penting padanya. Ia menggelengkan kepala pura-pura tidak kenal. Hatinya
tidak bisa berdusta kalau Heni adalah kekasih gelapnya dulu.
Mereka
berdua larut dengan obrolan diatas mobil. Berulang-ulang kali Ivan menyulut
rokoknya. Emma bercerita lagi kalau Hubungan mereka udah putus hanya karena
salah paham saja.
****
Satu
jam mereka duduk di sana. Sekarang mereka berdua masuk dalam mobil dan meluncur
laju ke arah kafe di kawasan pusat kota. Suasana keramaian menyerbu lampu lilin
menyertai mereka. Sangat romantis sekali saat itu, cahayanya remang-remang
sangat menuntut mereka untuk menjalin dan mengutarakan cinta. Inilah kesempatan
yang tepat bagi Ivan untuk menaklukkan wanita cantik juga kaya.
“Begitu
pidadari datang dengan sayap lebar,
menyambar
dan terkapar
Aku
terperajat disana
Aku akan begitu mengagumi
Lihat
saja mentari yang berganti dengan rembulan
Dan
langit yang kini dihiasi bintang
Begitu
juga aku”
Ivan terhenti. Dan menatap wajah Emma, kemudian memegang
kedua tangan Emma.
“Aku
seperti langit yang mendabakan bintang yang terterang.”
Ter henti lagi,
“Kamu
mau kan menjadi bintang itu...?”
Muka Emma seketika memerah. Ia tak tahu harus
bicara apa dan ia juga sangat susah sekali menangkap kata-kata puitis seperti
itu. Ia membalasnya dengan senyum dan anggukan kepala. Jika ia menjawab dengan
puisi juga pasti takkan nyambung karena dia bukan puitis.
Mereka
keluar dari kafe menuju mobil. Masuk dan mereka berdua terbawa asmara. Lumatan
bibir dan ciuman-ciuman genitnya tersentuh di sekeliling bibir dan teling Emma.
Ivan yang mengganti posisi menyetir langsung menuju rumahnya dengan kencang.
****
Hubungan
Ivan dan Emma tercium oleh Yadi. Seketika amarah yadi begitu melunjak-lunjak
seperti bara dan mesin penggiling, siap menggiling teman yang menghisap liur
sendiri. Tak hayal Yadi langsung menyerang Ivan kerumah. Saat itu Ivan sedang
asik dengan laptop, ia sedang merangkai sebuah puisi.
“Van,
ada teman kamu di luar.” Ibu memanggil. Seketika ia langsung meninggalkan kamar
dan menemui Yadi yang duduk menunggu di kursi.
“Eh...Yadi,
tumben main kerumah...?” hati Ivan telah menyangka kalau Yadi datang untuk
mempertanyakan hubungan mereka atau ia telah mengetahui atau ia meinta bantu
untuk bisa kembali dengan Emma. Ia sedikit gerogi dan bingung. Entah apa yang
terjadi selanjutnya jika ia tahu. Haatinya bergemuruh bagaikan arus air di
bendungan yang terjun dengan buih-buih putih dan berjalan terhambat.
Yadi
tidak langsung membongkar semua namun ia malah mengajak Ivan ngobrol di taman.
Sedikit demi sedikit ia mulai membuka pembicaraan tentang Emma. Semakin
waspada.
“Lo
udah putus dengan Emma..?” berpura-pura bodoh. Untuk mengelabui macan yang siap
menerkam bila ia terlihat menantang.
“Gua
udah denger kok Van, kalau elo manfaatin kejadian gua.” Santai sekali yadi
bicara namun sungguh menyinggung.
Deg.
Jantungnya seperti pecah. Ia begitu kikuk tingkahnya seperti tak tentu ia
sesekali mengacak-ngacak rambutnya.
“Bukan
itu, gua hanya temenan dengan dia. Dia begitu cinta ma elo Yad.” Ia sangat
menjaga perasaan seorang sahabat tentunya.
“Nyantai
aja lagi Van, gua merasa bangga lagi. Kalau ternyata bekas gua masih ada yang
manfaatin,” Nadanya standar. Begitu pedih, ucapan-demi ucapan serasa semakin
memojokannya. “Aku serahin semuanya pada elo Van. Pasti elo bisa menjadi yang
terbaik baginya. Nggak kayak gua yang bisa nyakitin dia aja, kalau dia bahagia
ma elo gua juga bahagia Van,” Seraya menepuk lutut Ivan. Kata-katanya kini
hanya untuk merendahkan Ivan. Ivan hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, ia
sangat menutup kemungkinan terjadi sesuatu. “Van, gua pulang dulu. Salam dengan
Emma,” Ivan mengantar sampai tepi jalan depan rumah.
**BERSAMBUNG**
1 comment:
Playtech - Casino Games - MapYRO
Playtech is 익산 출장안마 the 용인 출장마사지 software and gaming provider that develops 출장마사지 games such as table and video poker. 아산 출장샵 Casinos, Games, Live dealers, 의왕 출장안마 and Slots.
Post a Comment