Bagian 16
Fivety – Fivety
Hari ini kosong blong, tak ada kuliah dan
kegiatan. Jadwal show sedang sepi, dia kurang informasi,. Mungkin karena dia
seorang model Free Lance, jadi harus benar-benar peka terhadap informasi dan
mengejarnya jika ada suara-suara tentang dunia model atau slentang-slenting
dari teman-temannya. Entah itu acara fashion atau lounching atau pameran suatu
produk.
Dulu dia pernah terikat dengan sebuah
Ijensi namun ia keluar karena potongan dari pihak Ijensi sangat besar. Honor
yang tidak seberapa dipotong hingga tiga puluh sampai dengan lima puluh persen.
Siapa yang tidak kecewa. Ada juga segi positifnya, kalau di ijensi, tak pernah
sibuk mencari informasi atau mengejar dan mendaftarkan diri, atau mencari
lowongan. Cukup di rumah menunggu panggilan dari pihak Ijensi, mereka yang
mencari dan menawarkan. Dalam kehidupan ini tentu ada dua pilihan dan dua
sifat. Positif dan negatif. Enak dan susah. Rugi dan untung.
Bila tidak tergabung di Ijensi maka, kita
akan mendapat keuntungan. Tidak terkena potongan paling-paling hanya pajak.itu
adalah hal yang wajib bagi WNI yang mempunyai penghasilan untuk menambah
kesehteraan dalam pembangunan negara tentunya. Hanya berkisar antara lima
persen kebawah. Sepenuhnya honor itu milik kita. Sebagai kebalikan dari Ijensi,
bila free lance harus jeli dan peka terhadap info model. Mencari sendiri.
Ivan sedang memikirkan tawaran dari salah
satu Ijensi yang menghubunginya kemarin. Ijensi itu tertarik setelah ia melihat
Ivan menjadi model dalam majalah ternama. Ia belum menjawab atas tawarannya,
perlu berpikir panjang untuk menimbang dan memilih.
Ia juga tidak punya manajer. Semua urusan
ia selesaikan sendiri, dari jadwal, honor sampai dengan tetek bengeknya.banyak
keuntungan yang bisa didapat. Mungkin dari kesiapan sampai kesanggupan dan
tawar-menawarharga.
****
Ijensi baginya hanya sebagai batu lompatan untuk
mengenal para disigner dan teman-teman seprofesi. Karena dia lebih suka bebas.
Banyak temannya yang memberi solusi,
“Udah...dari pada elo pusing-pusing
mendingan lo kayak gue, ikut dan tergabung di Ijensi. Mudah Van.” Deni yang
mempunyai usul seperti itu. Namun Gugun lain halnya ia malah setuju kalau free
lance. Karna ia juga free lance,
“Van, enakan free len, nggak banyak tetek
bengek.”
Ivan masih saja terdiam jika temannya
memberi usulan dan tanggapan atau saran sekalipun.
“Ah, Ijensi atau free len sama aja.
Sama-sama ada untungnya dan ada ruginya.” Santai sekali ucapannya. Tak terlihat
memihak sama sekali. Kebetulan ia juga banyak kenal dengan disegner. Kemarin saja
Mbak Novi sudah memesannya,
“Kalau ntar desain-desainanku sudah layak
dipromosikan, elo modelnya ya...?” tangannya merangkul-rangkul pundaknya. Mbak
Novi memang seperti kakanya sendiri. Dialah yang memberi pengarahan dan jalan
hidup sebagai model. Tak salah lagi kalau Mbak Novi sebagai pahlawannya dambaannya.
Ia sering memberi nasehat dan pengarahan.
Ivan minta pertimbangan kepadanya tentang
Ijensi. Namun dia tidak memberi keputusan yang jelas. Menyuruh atau melarang,
dia hanya memberikan pengertian bahwa diantara Ijensi dan free lance itu sama
saja fivety-fivety. Ivan manggut-manggut paham.
Sedikit yang Ivan simpulkan, yaitu ia
masuk disebuah Ijensi. Ia tak lagi memikirkan materi yang ia dapat. Melainkan
popularitas. Di ijensi itu juga menyalurkan bakat akting alias main flim.
Itulah harapannya yang terpendam.
**BERSAMBUNG**
No comments:
Post a Comment