Friday, December 26, 2008

Menander Semangat Menulis



Oleh: Mulyadi Saputra

Pendahuluan

Tak terbayangkan kehidupan di dunia ini tanpa sarana penyiaran berita, tanpa pelapor berita, tanpa wartawan, tanpa suratkabar, tanpa jurufoto, tanpa televisi, tanpa jurukamera, tanpa radio, dan sekarang tanpa internet. Singkatnya, tanpa keberadaan komunikasi massa, yang lebih popular dengan istilah ‘media massa’.
Bayangkan seandainya serbuan Amerika terhadap Irak, di tengah ketiadaan media massa, baru diketahui dua minggu atau sebulan kemudian dari cerita mulut ke mulut. Barangkali reaksi masyarakat internasional tidak akan sekeras yang kita lihat tempohari. Namun, karena ekseistensi media massa plus perkembangan teknologi komunikasi-informasi yang begitu pesat, hampir semua peristiwa di mana pun di dunia ini bisa tersebar luas beritanya dalam hitungan menit, kalau tidak detik. Lalu timbul pertanyaan “Apa itu Media Massa?”
Dari segi etimologis, ‘media massa’ adalah ‘komunikasi massa’ –komunikasi massa adalah sebutan yang lumrah di kalangan akademis untuk studi ‘media massa’.Dari segi makna, ‘media massa’ adalah alat/sarana untuk menyebar-luaskan berita, analisis, opini, komentar, materi pendidikan dan hiburan. Timbul lagi pertanyaan, “Apa peranan Media Massa sebenarnya?”
Salah satu peranan media adalah mempengaruhi sikap dan perilaku orang/public. McDevitt (1996: 270) mengatakan, “Media cukup efektif dalam membangun kesadaran warga mengenai suatu masalah (isu).” Lindsey (1994: 163) berpendapat, “Media memiliki peran sentral dalam menyaring informasi dan membentuk opini masyarakat.” Sedangkan para pemikir sosial seperti Louis Wirth dan Talcott Parsons menekankan pentingnya media massa sebagai alat kontrol sosial.
Ketika menyerbu Irak pada bulan Maret 2003, salah satu unit penting yang disiapkan oleh militer Amerika Serikat adalah ‘media centre’ yang berada satu atap dengan Command and Control Centre di Qatar. Dari media centre ini, militer Amerika secara berkala memberika penjelasan tentang operasi mereka. Pemerintah Bush sadar betul bahwa unit ini, dalam banyak hal, akan membantu posisi politik mereka –baik di dalam negeri, maupun di mata dunia. Jadi, AS melancarkan perang simultan: perang piranti keras (hardware) berupa pengerahan perangkat militer, dan perang piranti lunak (software) –dalam hal ini ‘perang media massa’.
Para pemegang kekuasaan menyadari betul bahwa media massa, wartawan, jurukamera, jurufoto, perlu ‘dijadikan teman’ karena mereka memegang senjata yang jauh lebih penting dari perangkat perang yang mereka kerahkan di Irak, Afghanistan, Bosnia, dsb.
Kemudian, kita lihat begitu banyak universitas, akademi, sekolah tinggi, pesantren, kursus-kursus, dll, yang mengiklankan diri di berbagai jenis media massa menjelang masa penerimaan mahasiswa baru. Ini semua mereka lakukan karena kesadaran bahwa media massa berperan penting untuk menjaring calon mahasiswa.

Mari Menulis

Untuk menulis, kiat dasarnya cukup sederhana. Kita hanya membutuhkan “bahan dasar” sebagai berikut:
1. Ide
Ide itu ada di mana-mana. Kali ini, kita mengambil contoh ide yang sederhana saja, yakni: “saya ingin membaca buku sebanyak-banyaknya, tapi saya tidak punya waktu dan tidak punya uang untuk membeli buku yang banyak.” Nah, ini adalah ide yang cukup bagus dan bisa kita angkat menjadi sebuah tulisan. Di dalam ide ini terdapat sebuah masalah yang dapat kita kembangkan nantinya.
2. Berpikir sistematis
Setelah idenya ketemu, saatnya kita berpikir sistematis. Menurut saya, berpikir sistematis ini penting sekali. Salah satu kegagalan para penulis pemula adalah: mereka belum terbiasa berpikir secara sistematis. Akibatnya, mereka punya ide, tapi bingung harus mulai dari mana, bagaimaan cara mengembangkannya, dan seterusnya. Karena itu, kalau kita ingin jadi seorang penulis, cobalah mulai berlatih berpikir sistematis. Begitu ada ide, kita analisis secara runut, poin per poin, langkah demi langkah.
Nah, dari sistem berpikir sistematis tersebut, kita sudah menemukan KERANGKA KARANGAN. Ya, kerangka karangan ini sangat penting, karena dari sini kita bisa mengembangkan tulisan. Kerangka tulisan ini bisa kita tulis di kertas, atau cukup disimpan di kepala saja. Terserah kita memilih yang mana, tergantung kebiasaan dan kemampuan masing-masing.
3. Data
Alangkah bagusnya jika tulisan ini kita lengkapi dengan data pendukung. Misalnya: berapa koleksi buku yang telah saya miliki, berapa rata-rata harga buku. Dari total penghasilan, berapa rupiah yang dapat tersisihkan untuk membeli buku. Dan seterusnya. Data ini akan membuat tulisan kita lebih “kaya”.
4. Fokus. Jangan melebarkan topik
Masuk pada masalah yang seringkali tidak kita sadari ketika menulis. Sebab, kita merasa bahwa apa yang kita tulis masih berhubungan dengan tema utamanya, padahal sebenarnya tidak terlalu berhubungan, dan tidak perlu dibahas. Misalnya:Ketika menulis tentang ide di atas (kendala saya dalam membaca buku), kita tanpa sadar membahas tentang “gerakan gemar membaca yang dicanangkan pemerintah.” Kita uraikan tema ini panjang lebar, ditambah berbagai data penunjang.
Bila tema ini dibahas sekilas saja, mungkin tidak terlalu masalah, karena justru bisa menjadi penguat argumen kita bahwa membaca itu memang sangat penting. Dan memang, tema “gerakan gemar membaca” ini masih berkaitan erat dengan ide yang sedang kita tulis. Masalahnya adalah, jika kita mulai membahas tema tambahan ini secara panjang lebar, tulisan kita menjadi tidak fokus lagi. Di dalamnya sudah ada dua tema besar yang sama-sama kuat. Dan pembaca nantinya akan bingung, “si penulis ini sebenarnya sedang membahas apa, sih?”
Jika keempat poin ini sudah kita miliki, maka Insya Allah, menulis bisa menjadi pekerjaan yang sangat mudah. Tiba saatnya menumpahkan semua, dari semua unek-unek bersangkutan yang telah tersave dalam otak, mulailah kita duduk manis didepan computer dengan meletakkan jari-jemari diatas papan ketik. Mulailah menulis dan ingat! jangan keluar dari tema. Setelah tulisan selesai baca ulang sampai beberapa kali, edit kata yang masih rancu, dan kalau perlu suruh teman membaca agar mereka dapat mengkritik sekaligus memberi saran.

Kirimkan Tulisan ke Media
Hampir setiap suratkabar harian dan mingguan memuat berita-berita dan artikel popular, dari ilmu pengetahuan sampai dengan teknologi. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang didorong oleh teknologi informasi seperti Internet, berhasil menggugah keingintahuan masyarakat terhadap informasi.
Berikut beberapa kriteria utama bagi artikel-artikel yang bisa dipertimbangkan untuk dimuat dalam media:
Aktual. Hal pertama yang diperhatikan redaktur media ketika menerima kiriman artikel adalah aktualitasnya. Misalnya wabah demam berdarah, banjir, pendaratan wahana robotik di Mars atau bisa juga berupa aktivitas ilmiah seperti adanya kongres ilmuwan nasional maupun dunia mengenai suatu topik ilmu. “tidak ada angin, tidak ada ribut” tiba-tiba Anda menulis tentang bioteknologi misalnya, tulisan Anda tidak akan berada pada daftar prioritas yang akan dimuat. Jika tulisan Anda tentang bioteknologi ini benar-benar bagus, tapi tidak aktual, ada kalanya redaktur menyimpannya dulu sambil menunggu peg-nya, baru kemudian dimuat. Tapi ini jarang sekali terjadi, sebab begitu tulisan Anda dinilai tidak aktual, biasanya segera diputuskan untuk tidak dimuat atau dikembalikan kepada Anda
Mengandung unsur baru. Jika tulisan Anda sudah aktual, hal lain yang akan diperhatikan redaktur adalah adakah unsur baru dalam tulisan tersebut. Unsur baru ini bisa dilihat dari angle (sudut pandang) tulisan – dalam penulisan karya ilmiah angle ini mungkin mirip dengan perumusan masalah – maupun data-data dan informasi baru yang disajikan. Apakah angle tulisan Anda menarik atau tidak? Sekarang kita ambil contoh. Taruhlah Anda ingin menulis soal wabah flu burung. Jika Anda mengambil angle soal karakteristik flu burung ini, angle serupa pasti banyak dipilih oleh penulis lain. Akibatnya, tulisan Anda harus bersaing dengan para penulis lain, syukur-syukur bisa lolos. Namun, jika Anda memilih angle yang lain, yang menurut Anda pasti tidak banyak diperhatikan oleh penulis lain, berarti Anda sudah selangkah lebih maju dan kemungkinan tulisan Anda untuk dimuat tentu lebih besar lagi. Lalu, seperti apa misalnya angle yang tampil beda itu? Banyak sekali. Anda misalnya, bisa memilih angle evolusi yang sedang berlangsung. Jika dulu, virus tertentu hanya bisa berpindah antara sesama hewan, kini sudah terjadi perpindahan antara hewan dan manusia dengan merujuk ada kasus mad cow, SARS dan flu burung (jadi wabah SARS atau flu burung sebagai peg saja). Jika Anda berhasil mengungkapkan argumen yang meyakinkan soal evolusi virus, akan sulit bagi redaktur untuk tidak memuat tulisan Anda.
Kerangka atau sistematika tulisan. Secara substansial, tidak ada perbedaan antara kerangka penulisan artikel ilmiah popular dan jenis tulisan yang lain; setidaknya mengandung tiga komponen utama, yakni pendahuluan, bagian isi dan bagian akhir yang berisi kesimpulan dan saran. Namun untuk artikel ilmiah populer, pemisahan itu sengaja dibuat tidak begitu nyata. Artinya, Anda tidak perlu menulis sub-judul dalam tulisan dengan Pendahuluan, Isi dan Penutup, tetapi bisa Anda ganti sub-judul lain yang lebih menarik, tapi tetap mengandung ketiga komponen di atas.
Gaya penulisan. Jika tulisan Anda sudah aktual dan mengandung unsur baru, langkah berikutnya yang harus diperhatikan adalah gaya penulisan. Sering kali tulisan yang menarik tapi harus ditolak hanya karena gaya penulisannya sangat “akademik” dan dipenuhi dengan istilah-istilah yang tak disertai padanannya dalam bahasa Indonesia. Anda harus membayangkan, redaktur tidak punya banyak waktu untuk mengedit kembali tulisan Anda, jadi dia cenderung akan memuat tulisan yang sudah jadi dan siap muat saja. Tempatkan diri Anda sebagai pembaca awam ketika Anda sedang memeriksa hasil akhir tulisan Anda. Kalau Anda merasa istilah yang digunakan masih terlalu “berat”, carilah padanan lain yang yang lebih pas – tentunya dengan tidak mengurangi makna ilmiah yang sebenarnya.
Bahan pendukung. Untuk tulisan IPTEK Jangan lupa melengkapi tulisan Anda dengan dengan bahan, foto, gambar, grafik, ilustrasi dan tabel pendukung. Anda tentu berurusan dengan data, skema, angka, rumus dan referensi tertentu, yang dapat mendukung argumen Anda dalam tulisan tersebut dan Anda merasa hal itu penting untuk diketahui masyarakat.
Untuk menyiasati hal di atas, memang harus dimulai dari diri Anda sendiri. Tidak mungkin Anda bisa mendapatkan topik tulisan yang aktual jika Anda tidak mengikuti perkembangan yang terjadi. Jadi cobalah untuk membuka wawasan dengan rajin membaca, mengkliping berita maupun tulisan yang menarik dan cocok dengan minat Anda. Semakin kaya referensi yang Anda gunakan, akan semakin hidup dan menatik tulisan yang Anda sajikan.
Keuntungan Menulis
Dalam kehidupan sebenarnya tak luput dari untung dan rugi. Seorang pembisnis sejati pasti pernah merasakan perihnya kerugian, namun tak di pungkiri bila ia mendapat keuntungan yang berlimpah ruah.
Ketika tulisan-tulisan Anda dimuat di media massa, sesungguhnya banyak sekali keuntungan yang bisa diperoleh. Terutama pendapat dan gagasan Anda di baca oleh khalayak luas. Selain masyarakat mendapatkan manfaat setelah membacanya, Anda juga akan dikenal luas, bisa pula menambah credit point (Kum) bagi dosen untuk naik pangkat, bagi mahasiswa akan mendapat pengakuan diantara teman yang lain, dan Anda juga dapat sejumlah uang karena memang ada honornya yang telah disiapkan oleh pihak media.
Semoga makalah ini dapat menjadi penggoyang minat dan semangat kawan-kawan untuk menulis.
----Salam Semangat----

Referensi

Dra. Vero Sudiati dan Aloy Widyamartaya, Lic.Phil, Menjadi Wartawan Muda.
Drs. AS Haris Sumadiria, M.Si, Jurnalistik Indonesia
Drs. As HAris Sumadiria, M.Si, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, Panduan Praktis Penulis dan Junalis Profisional.
Drs. AS Haris Sumadiria, M.Si, Bahasa Jurnalistik
William L. Rivers dan Jay W. Jenesen Theodore Petrson, Media Massa dan Masyarakat Modern, edisi kedua terjemah,
http://bengkeljurnalistik.wordpress.com/
http://journalist-adventure.wordpress.com/

1 comment:

花蓮蜂之鄉 said...

Happy New Year!
花蓮蜂之鄉-優質蜂蜜產品∣蜂王乳∣蜂膠

S i n o p s i s Novel: Mencari Aku Waktu Dan Rahasia Dunia

Mencari Aku, Waktu, dan Rahasia Dunia adalah judul dari novel ini. Novel ini menceritakan tentang seorang anak muda dalam proses pencarian. Tokoh utamanya adalah ‘Aku’ dengan nama Fajruddin Saleh bin Tjik Saleh dengan karakter pemuda yang idealis dan memiliki seorang kekasih yang berbeda kepercayaan (ia memanggil kekasihnya itu si Manis, nama aslinya Resita Maulia). Tokoh utama adalah seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik di salah satu universitas di Bandung yang sedang bercerita tentang bagaimana jika ia telah memperoleh gelar sarjana nanti. Ia sedang menjawab sebuah pertanyaan dari temannya (Ivan), di sebuah Pantai Kuta Bali. Novel ini banyak menggunakan pengibaratan, ini kutipan paragraph di dalamnya: Sekarang siang sudah terbentang seperti bioskop yang baru selesai filmnya. Byar...! nyala lampunya. Terang jadinya. Sedangkan orang yang sedang bercumbu langsung berusaha bertingkah seperti orang baru pulang dari masjid, kaki-tangannya langsung kembali kehabitatnya dan buru-buru mengancing segala kancing, celana juga baju. Merapikan rambut yang sama-sama kusut, tak jelas penyebabnya. Mengelap seluruh bagian tubuh yang basah, tak tahulah kalau bagian lain yang basah, di elap atau dibiarkan. Hussss... adegan kegelapan sudah usai! Mirip sekali perbuatan itu dengan penumpang dalam bus ini, ada yang mengusap air liur yang meleleh dibibir, ada yang memoles-moles mata belekan, dan merapi-rapikan rambut yang kusut dan baju yang semerawut, dikancingnya kembali. Masa tidur telah usai. Mau tahu kenapa? Sebab banyak orang menggunakan kegelapan sebagai ajang aji mumpung! Mumpung orang tidak tahu. Mumpung orang tak ada yang lihat, saya boleh melakukan apa saja, dll, dan dll. Maka terjadilah....adegan setiap kegelapan datang. Tokoh utama akan pulang kampung bila telah selesai kuliah nanti karena tak mampu untuk terus menyandang status pengangguran. Nah, dalam perjalanan pulang itu ia memperoleh banyak pengalaman dari seorang fotografer, seorang wanita yang sudah berkeluarga, keluarga perantauan dan seorang petualang. Pada setiap pertemuan ia selalu ngobrol dan bercerita. Jadi novel ini mengisahkan bercerita lalu dalam cerita itu ada lagi cerita. Jidi, novel ini sengaja ditulis dengan penuh canda, kata-kata yang lucu dan terkadang terdengar norak dan canggung di telinga. Sebab saya ingin menghibur, agar setiap pembaca dapat tertawa di samping keseriausannya mengolah semua pesan yang tersirat dalam isi novel. Bukan hanya itu saja isinya, tokoh utama juga meneruskan ceritanya dengan Ivan dengan lamunan. Dalam lamunan tokoh utama ia setelah di kampung halaman, ia mendirikan sekolah gratis untuk buta huruf. Dan sampai ia bekerja di sebuah instansi pemerintahan, kemudian ia kembali lagi ke Bandung untuk mencari impiannya. Ending dari novel ini sengaja saya buat menggantung, agar pembaca yang meneruskan kisahnya… Pesan yang ingin saya sampaikan dalam novel ini yaitu:  Sebuah kisah perjalanan. Disana saya ingin sekali menggambarkan bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan dan penuh pencarian. Pencarian didunia ini tak lain adalah pencarian kepuasan. Sebab, kepuasan adalah tingkat teratas dari semua level pencarian. Adakah seseorang memperoleh kepuasan? (sudah punya motor ingin mobil, punya istri satu pingin dua dan sebagainya), dan disetiap pencarian tak luput dari sebuah perjalanan baik itu perjalanan sebenarnya atau hanya perjalanan pikiran.  Saya juga ingin menyoroti masalah lapangan pekerjaan dan pengangguran di Negara kita yang tercinta ini. Ada satu anekdot “Yang ahli dan bahkan sarjana saja pengangguran apa lagi tidak sekolah dan tak ahli” lapangan pekerjaan di Indonesia memangsungguh sulit. Dan bahkan tingkat pengangguran semakin hari semakin mertambah.  Pendidikan gratis buta huruf. Saya ingin menyinggung tentang pemerataan pendidikan di Indonesia. Sebab banyak daerah terpencil di Indonesia masih belum tahu huruf alias buta huruf. Contoh di wilayah Papua berapa persen orang yang dapat membaca dan menulis?, lalu di wilayah Jambi ada yang dinamakan Suku Anak Dalam (Kubu), nah suku ini bisa dikatakan, orang yang tak terjamah oleh huruf. Masih banyak sekali penduduk Indonesia yang tak dapat membaca dan menulis sebenarnya.  Tokoh utama kembali lagi kekampung dan setelah itu kembali lagi ke Bandung. Itu adalah pesan yang sangat dasar, bahwasanya kehidupan adalah sebuah siklus waktu. Dimana ada kelahiran ada pula kematian, dimana ada kejayaan juga ada keterpurukan.